BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Kecenderungan
pembelajaran IPA pada masa kini adalah peserta didik hanya mempelajari IPA sebagai produk, menghafalkan konsep, teori
dan hukum. Keadaan ini diperburuk oleh pembelajaran yang berorientasi pada ujian. Akibatnya
IPA sebagai proses, sikap, dan aplikasi
tidak tersentuh dalam pembelajaran. Pengalaman belajar yang diperoleh di kelas tidak utuh dan
tidak berorientasi tercapainya kompetensi dasar. Pembelajaran lebih bersifat teacher-centered, guru hanya menyampaikan IPA sebagai produk dan peserta didik menghafal
informasi faktual. Peserta didik hanya mempelajari IPA pada domain kognitif yang terendah. Peserta
didik tidak dibiasakan untuk mengembangkan potensi berpikirnya. Fakta di
lapangan menunjukkan bahwa banyak peserta didik yang cenderung menjadi malas
berpikir secara mandiri. Cara berpikir yang dikembangkan dalam kegiatan belajar
belum menyentuh domain afektif dan
psikomotor. Alasan
yang sering dikemukakan oleh para guru adalah keterbatasan waktu, sarana,
lingkungan belajar, dan jumlah peserta didik per kelas yang terlalu banyak.
Abad 21 ditandai oleh pesatnya perkembangan IPA dan teknologi dalam berbagai bidang kehidupan
di masyarakat, terutama teknologi informasi dan komunikasi. Oleh karena itu,
diperlukan cara pembelajaran yang dapat menyiapkan peserta didik untuk melek
IPA dan teknologi, mampu berpikir logis,
kritis, kreatif, serta dapat berargumentasi secara benar. Kenyataannya, memang tidak banyak peserta didik yang menyukai mata
pelajaran IPA karena dianggap sukar, keterbatasan kemampuan peserta didik, atau karena mereka tak berminat menjadi
ilmuwan atau ahli teknologi. Namun demikian, mereka tetap berharap agar
pembelajaran IPA di sekolah dapat
disajikan secara menarik, efisien, dan efektif.
Masalah-masalah tersebut sebenarnya dapat diatasi dengan
menggunakan model pembelajaran yang tepat. Diperlukan model-model pembelajaran
yang mampu mengatasi kesulitan guru dalam melaksanakan tugas mengajar, juga
mengatasi kesulitan belajar siswa. Model pembelajaran dapat dipakai sebagai
kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan kegiatan. Setiap
model pembelajaran memerlukan sistem pengelolaan dan lingkungan belajar yang
sedikit berbeda. Setiap model pembelajaran memberikan peran yang berbeda kepada
siswa, keadaan fisik ruangan, dan pada sistem sosial kelas. Dalam melaksanakan
pembelajaran hal yang harus dipentingkan adalah bagaimana mengaktifkan
keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran secara mandiri sehingga pembelajaran
berpusat pada siswa (student centered).
Model
pembelajaran merupakan implementasi dari kurikulum. Integrated Approach
atau pembelajaran terpadu merupakan aplikasi pendekatan kurikulum terpadu yang bertujuan untuk menciptakan atau membuat proses pembelajaran
secara relevan dan bermakna bagi anak (Atkinson, 1989 : 9
dalam Ahmad). Pakar pendidikan dan guru besar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo Prof. Dr. Sri Anitah Wiryawan, M.Pd. (Pikiran Rakyat, 11 April 2003) menyatakan “kurikulum terpadu adalah suatu pendekatan untuk mengorganisasikan kurikulum dengan cara menghapus garis batas mata pelajaran yang terpisah-pisah, sedangkan pembelajaran terpadu merupakan metode pengorganisasian pembelajaran yang menggunakan beberapa bidang mata pelajaran yang sesuai. Selanjutnya dijelaskan bahwa dalam pembelajaran terpadu didasarkan pada pendekatan inquiry, yaitu melibatkan siswa yang dimulai dari merencanakan, mengeksplorasi dan brain storming untuk siswa.. Dengan pendekatan terpadu siswa terdorong untuk memberanikan diri bekerja secara berkelompok dan belajar dari pengalamannya sendiri.
dalam Ahmad). Pakar pendidikan dan guru besar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo Prof. Dr. Sri Anitah Wiryawan, M.Pd. (Pikiran Rakyat, 11 April 2003) menyatakan “kurikulum terpadu adalah suatu pendekatan untuk mengorganisasikan kurikulum dengan cara menghapus garis batas mata pelajaran yang terpisah-pisah, sedangkan pembelajaran terpadu merupakan metode pengorganisasian pembelajaran yang menggunakan beberapa bidang mata pelajaran yang sesuai. Selanjutnya dijelaskan bahwa dalam pembelajaran terpadu didasarkan pada pendekatan inquiry, yaitu melibatkan siswa yang dimulai dari merencanakan, mengeksplorasi dan brain storming untuk siswa.. Dengan pendekatan terpadu siswa terdorong untuk memberanikan diri bekerja secara berkelompok dan belajar dari pengalamannya sendiri.
Model pembelajaran terpadu
dianjurkan untuk semua jenjang pendidikan, mulai dari tingkat
Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI) sampai dengan Sekolah Menengah
Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA). Menurut Depdikbud
(1996), model pembelajaran terpadu
pada hakikatnya merupakan suatu pendekatan pembelajaran
yang memungkinkan peserta didik baik secara individual maupun kelompok aktif mencari,
menggali, dan menemukan konsep serta prinsip secara holistik dan otentik.
Melalui pembelajaran IPA
terpadu, peserta didik dapat memperoleh pengalaman langsung, sehingga
dapat menambah kekuatan untuk menerima, menyimpan, dan memproduksi kesan-kesan
tentang hal-hal yang dipelajarinya. Dengan demikian, peserta didik terlatih
untuk dapat menemukan sendiri berbagai konsep yang dipelajari secara menyeluruh
(holistik), bermakna, otentik dan aktif.
Seperti yang telah diketahui, cara pengemasan pengalaman belajar yang dirancang guru
sangat berpengaruh terhadap kebermaknaan pengalaman bagi para peserta didik.
Pengalaman belajar yang lebih menunjukkan keterkaitan antar unsur-unsur konseptual akan menjadikan proses belajar
lebih efektif. Kaitan konseptual yang dipelajari dengan sisi mata pelajaran
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang relevan akan membentuk skema kognitif,
sehingga anak memperoleh keutuhan dan kebulatan pengetahuan. Perolehan keutuhan
belajar IPA, serta kebulatan pandangan tentang kehidupan, dunia nyata dan
fenomena alam hanya dapat direfleksikan melalui pembelajaran terpadu.
Pembelajaran terpadu dalam IPA dapat dikemas dengan TEMA atau TOPIK tentang
suatu wacana yang dibahas dari berbagai sudut pandang atau disiplin keilmuan
yang mudah dipahami dan dikenal peserta didik. Dalam pembelajaran IPA
terpadu, suatu konsep atau
tema dibahas dari berbagai aspek mata pelajaran dalam bidang
kajian IPA. Misalnya tema lingkungan
dapat dibahas dari sudut biologi,
fisika, dan kimia. Pembahasan tema juga dimungkinkan hanya dari aspek
biologi dan fisika, atau kimia dan biologi, atau fisika dan kimia saja. Dengan
demikian melalui pembelajaran terpadu ini beberapa konsep yang relevan untuk
dijadikan tema tidak perlu dibahas
berulang kali dalam mata pelajaran yang berbeda, sehingga penggunaan waktu
untuk pembahasannya lebih efisien dan pencapaian tujuan pembelajaran juga
diharapkan akan lebih efektif.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalah yang akan dibahas
dalam makalah ini yaitu :
1.
Apakah yang dimaksud dengan pembelajaran terpadu ?
2.
Apakah ciri-ciri dari pembelajaran terpadu ?
3.
Bagaimanakah prinsip-prinsip dari pembelajaran terpadu
?
4.
Apakah tujuan
model pembelajaran terpadu ?
5.
Apakah langkah-langkah yang harus dilakukan untuk menerapkan
pembelajaran terpadu ?
6.
Apakah kelebihan dan kelemahan dari pembelajaran
terpadu ?
7.
Apakah manfaat penerapan pembelajaran terpadu di kelas
?
1.3
Tujuan Penulisan
Dari uraian rumusan masalah di atas,
maka tujuan penulisan makalah ini adalah
1.
Untuk mendeskripsikan pengertian pembelajaran terpadu.
2.
Untuk mengidentifikasi ciri-ciri dari pembelajaran
terpadu.
3.
Untuk mendeskripsikan prinsip-prinsip dari
pembelajaran terpadu.
4.
Untuk mendeskripsikan tujuan model pembelajaran terpadu.
5.
Untuk mengidentifikasi langkah-langkah pembelajaran
terpadu.
6.
Untuk mengidentifikasi kelebihan dan kelemahan dari
pembelajaran terpadu.
7.
Untuk mengidentifikasi manfaat penerapan pembelajaran
terpadu di kelas
BAB II
KAJIAN
TEORITIS
2.1 Pengertian dan
Pengelompokkan Model Pembelajaran
Model pembelajaran yang digunakan guru di kelas merupakan salah
satu faktor yang menentukan keberhasilan proses belajar dan mengajar. Model pembelajaran adalah kerangka konseptual
yang menggambarkan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman
belajar untuk mencapai tujuan belajar (Hermawan, 2006). Menurut Udin dalam
Hermawan (2006), model pembelajaran berfungsi sebagai pedoman bagi perancang
pembelajaran dan pengajar dalam merencanakan serta melaksanakan aktivitas
pembelajaran. Dengan demikian aktivitas pembelajaran merupakan aktivitas yang
tertata secara sistematis.
Integrated approach atau Pembelajaran terpadu merupakan salah
satu model pembelajaran berdasarkan pendekatan kurikulum terpadu yang bertujuan
untuk menciptakan proses pembelajaran secara relevan dan bermakna bagi anak.
Pada dasarnya pembelajaran terpadu merupakan suatu sistem pembelajaran yang
memungkinkan peserta didik baik individual maupun kelompok aktif mencari,
menggali dan menemukan konsep serta prinsip ke ilmuan secara holistik, bermakna
dan otentik sehingga siswa dapat menerapkan perolehan belajar untuk memecahkan
masalah-masalah yang nyata di dalam kehidupan sehari-hari.
Model
pembelajaran dikelompokkan menjadi 3 kelompok besar menurut RHT dalam Sriyati
(2008) yaitu :
1.
Model pembelajaran mata pelajaran
terpisah (Separated subject matter)
2.
Model pembelajaran mata pelajaran
terpadu (Integrated subject matter)
3.
Model pembelajaran mata pelajaran
terkorelasi (Corellated subject matter)
2.2
Alasan Pentingnya Pembelajaran Terpadu
Alasan pentingnya memadukan mata
pelajaran satu dengan yang mata pelajaran yang lainnya, diantaranya adalah :
1. Alasan
Empirik
Pada hakikatnya
pengalaman hidup ini bersifat kompleks dan terpadu, artinya menyangkut beberapa
aspek yang saling berkaitan. Misalnyapergi belanja ke pasar merupakan kegiatan
kompleksitas pengalaman hidup yang bersifat sosial (berhubungan dengan orang lain),
ekonomi (memenuhi kebutuhan rumah tangga), matematika (terkait dengan
hitung-menghitung), biologi (berkaitan dengan sayur-mayyur dan buah-buahan yang
di beli) dan yang lainnya. Proses pembelajaran di sekolah hendaknya dapat
dilaksanakan dengan model pengalaman hidup dalam masyarakat karena proses
pembelajaran yang demikian sesuai dengan realita kehidupan.
2. Alasan
Teoritis Ilmiah
Keadaan dan permasalahan dalam kehidupan
terus berkembang seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Contoh: ilmu ruang angkasa menjadi lebih terbuka setelah pesawat ruang angkasa
mendarat di bulan. Begitu juga dengan ilmu komputer dan informasi yang telah
sedemikian pesat berkembang. Hal ini menunutut bahan ajar di sekolah harus
diperkaya dengan muatan-muatan tentang perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang baru. Banyaknya permasalahan yang timbul dalam kehidupan, banyak
materi baru yang di usulkan masyarakat untuk dimasukkan dalam kurikulum sekolah
misalnya, masalah kerusakan lingkungan hidup, ilmu kelautan, narkoba dan
masalah HIV/AIDS.
Pembelajaran terpadu juga memperhatikan dan menyesuaikan dengan
tingkat perkembangan peserta didik
(Sutrisno, 2010). Piaget dalam Sagala (2008) mengemukakan bahwa
perkembangan intelektual anak meliputi tahapan: (a) sensori-motor (0-2 tahun),
(b) pra operasional 2-7 tahun , (c) operasional konkrit (7-11 tahun), dan (d)
operasional formal (11 tahun-keatas) . Sehingga jika kita merujuk pada teori
ini, dalam praktik pembelajaran di kelas hendaknya guru memperhatikan ciri-ciri
perkembangan peserta didik pada setiap tahapan. Dengan model pembelajaran terpadu siswa
didorong untuk berani bekerja secara kelompok dan belajar dari hasil
pengalamannya sendiri. Selain itu dalam pelaksanaannya anak dapat diajak
berpartisipasi aktif dalam mengeksplorasi topik atau peristiwa sehari-hari.
Jadi pelaksanaan pembelajaran terpadu pada dasarnya bermaksud agar kurikulum
itu bermakna bagi anak dan bahan ajar tidak digunakan secara terpisah-pisah,
tetapi merupakan suatu kesatuan bahan yang utuh dan cara belajar yang sesuai
dengan kebutuhan perkembangan siswa.
Pada pelaksanaannya, pembelajaran terpadu mengacu
kepada dua hal pokok, yaitu :
1. Keterkaitan materi belajar antar disiplin ilmu yang
relevan dihubungkan melalui tema pokok
2. Keterhubungan
tema pokok tersebut dengan kebutuhan dan kehidupan aktual para siswa.
Dengan
demikian tingkat keterpaduannya tergantung kepada strategi dalam mengaitkan dan
menghubungkan materi belajar dengan pengalaman nyata para siswa (dalam http://sobarnasblog.blogspot.com/2009/04/model-pembelajaran-terpadu-disekolah.html).
2.3 Variasi Pembelajaran Terpadu
Menurut
Cohen dan Manion (1992) dan Brand (1991) dalam http://anwarholil.blogspot.
com/2008/04/pengertian-pembelajaran-terpadu.html, terdapat tiga kemungkinan
variasi pembelajaran terpadu yang berkenaan dengan pendidikan yang dilaksanakan
dalam suasana pendidikan progresif yaitu:
1.
Kurikulum
terpadu (integrated curriculum), kegiatan menata keterpaduan berbagai materi
mata pelajaran melalui suatu tema lintas bidang membentuk suatu keseluruhan
yang bermakna sehingga batas antara berbagai bidang studi tidaklah ketat atau
boleh dikatakan tidak ada.
2.
Hari terpadu
(integrated day) berupa perancangan kegiatan siswa dari sesuatu kelas pada hari
tertentu untuk mempelajari atau mengerjakan berbagai kegiatan sesuai dengan
minat mereka.
3.
Pembelajaran
terpadu (integrated Learning) menunjuk pada kegiatan belajar yang
terorganisasikan secara lebih terstruktur yang bertolak pada tema-tema tertentu
atau pelajaran tertentu sebagai titik pusatnya (center core / center of
interest). Pembelajaran Terpadu itu sendiri merupakan suatu model pembelajaran
yang membawa pada kondisi pembelajaran yang relevan dan bermakna untuk anak.
Pembalajaran terpadu merupakan media pembelajaran yang secara efektif membantu
anak untuk belajar secara terpadu dalam mencari hubungan-hubungan dan
keterkaitan antara apa yang telah mereka ketahui dengan hal-hal baru atau
informasi baru yang mereka temukan dalam proses belajarnya sehari-hari.
2.4 Pendekatan
Pembelajaran Terpadu
Fogarty dalam Widodo (2010)
menyatakan ada 10 tipe pembelajaran terpadu.
1.
The
Fragmented Model ( Model Penggalan)
Model Penggalan (Fragmented) adalah
model pembelajaran konvensional (umumnya) yang terpisah secara mata pelajaran.
Hal ini dipelajari siswa tanpa menghubungkan kebermaknaan dan keterkaitan
antara satu pelajaran dengan pelajaran lainnya. Setiap mata pelajaran diajarkan
oleh guru yang berbeda dan mungkin pula ruang yang berbeda. Setiap mata
pelajaran memiliki ranahnya tersendiri dan tidak ada usaha untuk
mempersatukannya. Setiap mata pelajaran berlangsung terpisah dengan
pengorganisasian dan cara mengajar yang berbeda dari setiap guru. Contoh: dalam
satu pelajaran, terdapat materi perambatan cahaya (content), prediksi (thinking
skill), dan peta konsep (organizing skill). Yang merupakan pemaduan
berbagai bentuk penguasaan konsep ketrampilan berpikir, dan keterampilan
mengorganisir.
Keunggulan model ini adalah guru dapat
menyiapkan bahan ajar sesuai dengan bidang keahliannya dan dengan mudah
menentukan ruang lingkup bahasan yang diprioritaskan dalam setiap pengajaran. Kelemahan model ini adalah siswa tidak dapat
mengintegrasikan konsep-konsep yang sama, keterampilan serta sikap yang ada
kaitannya satu dengan yang lainnya.
2.
The Connected Model
(Model Terhubung)
Pada model terhubung setiap mata pelajaran berisi konten yang
berkaitan antara topik dengan topik dan konsep dengan konsep dalam satu mata
pelajaran. Model ini penekanannya terletak pada adanya integrasi inter bidang
studi itu sendiri. Fogarti menyatakan bahwa di dalam mata pelajaran terdapat
isi mata pelajaran yang dikaitkan, misalnya topik dengan topik, konsep dengan
konsep, dan ide-ide yang berhubungan. Kaitan dapat diadakan secara spontan atau
direncanakan terlebih dahulu sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna dan
efektif. Dalam model connected ini secara sengaja menghubungkan kurikulum di
dalam mata pelajaran melebihi dari apa yang diasumsi siswa-siswa yang akan
memahami hubungan secara otomatis.
Keunggulan model ini adalah
adanya hubungan antar ide-ide dalam satu mata pelajaran, anak akan memperoleh
gambaran yang lebih jelas dan luas dari konsep yang dijelaskan dan siswa diberi
kesempatan untuk melakukan pendalaman, tinjauan, memperbaiki dan mengasimilasi
gagasan secara bertahap.
Kelemahan model ini adalah belum memberikan gambaran
yang menyeluruh karena belum menggabungkan bidang-bidang pengembangan/mata
pelajaran lain.
3.
The
Nested Model (Model Tersarang)
Model Sarang (Nested) adalah
model pembelajaran terpadu yang target utamanya adalah materi pelajaran yang
dikaitkan dengan keterampilan berfikir dan keterampilan mengorganisasi. Artinya
memadukan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik serta memadukan keterampilan
proses, sikap dan komunikasi. Model ini masih memfokuskan keterpaduan beberapa
aspek pada kemudian dilengkapi dengan aspek keterampilan lain. model ini
dapat digunakan bila guru mempunyai tujuan selain menanamkan konsep suatu
materi tetapi juga aspek keterampilan lainnya menjadi suatu kesatuan. Dengan
menggabungkan atau merangkaikan kemampuan-kemampuan tertentu pada ketiga
cakupan tersebut akan lebih mudah mengintegrasikan konsep-konsep dan sikap
melalui aktivitas yang telah terstruktur.
Contoh : pada mata pelajaran IPA terdapat aspek penguasaan
materi dan keterampilan praktik yang dilanjutkan dengan keterampilan sikap
ketika pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dan keterampilan komunikasi ketika
presentasi hasil praktikum. Keempat aspek tersebut menjadi satu keterpaduan
yang menghasilkan ketrampilan IPA.
Keunggulan model sarang adalah kemampuan
siswa lebih diperkaya lagi karena selain memperdalam materi juga aspek
keterampilan seperti berfikir dan mengorganisasi. Setiap mata pelajaran
mempunyai dimensi ganda yang berguna kelak untuk kehidupan siswa mendatang. Kelemahan model ini adalah dalam hal perencanaan, jika
dilakukan secara tergesa-gesa dan kurang cermat maka penggabungan beberapa
materi dan aspek keterampilan dapat mengacaukan pola pikir siswa. Pada mulanya
tujuan utama pengajaran adalah penekanan pada materi, tetapi akhirnya bergeser
prioritasnya pada keterampilan.
4.
The Sequenced Model ( Model Terurut)
Model Pengurutan (Sequenced)
adalah model pembelajaran yang topik atau unit yang disusun kembali dan
diurutkan sehingga bertepatan pembahasannya satu dengan yang lainnya. Misalnya
dua mata pelajaran yang berhubungan diurutkan sehingga materi pelajaran dari
keduanya dapat diajarkan secara paralel. Dengan mengurutkan urutan topik-topik
yang diajarkan, tiap kegiatan akan dapat saling mengutamakan karena tiap subjek
saling mendukung.
Contoh: pada mata pelajaran IPA dan matematika tentang pengukuran.
Pelajaran IPA : Suhu (Kelvin, derajat, Fahrenheit, Reamur. Pelajaran matematika
: cara pengolahan data. Dengan cara penambahan, pengurangan, pembagian,
dan perkalian.
Keunggulan model ini adalah dalam
penyusunan urutan topik, guru memiliki keleluasaan untuk menentukan sendiri
berdasarkan prioritas dan tidak dibatasi oleh apa yang sudah tercantum dalam
kurikulum. Sedangkan dari sudut pandang siswa, pengurutan topik yang
berhubungan dari disiplin yang berbeda akan membantu mereka untuk memahami isi
dari mata pelajaran tersebut.
Kelemahan model pengurutan antara lain
perlu adanya kerjasama antara guru-guru bidang studi agar dapat mengurutkan
materi, sehingga ada kesesuaian antara konsep yang ssatu dengan konsep yang
lainnya.
5.
The
Shared Model ( Model Terbagi)
Model Terbagi (Shared) adalah
model pembelajaran terpadu yang merupakan gabungan atau keterpaduan antara dua
mata pelajaran yang saling melengkapi dan di dalam perencanaan atau pengajarannya
menciptakan satu fokus pada konsep, keterampilan serta sikap. Penggabungan
antara konsep pelajaran, keterampilan dan sikap yang saling berhubungan satu
dengan yang lainnya dipayungi dalam satu tema. Model ini berbeda dengan model
sarang, dimana tema memayungi dua mata pelajaran, aspek konsep, keterampilan
dan sikap menjadi kesatuan yang utuh. Sedangkan pada model sarang, sebuah tema
hanya memayungi satu pelajaran saja. Contoh: Pada materi dengan tema
pertumbuhan menggabungkan 3 mata pelajaran yaitu Biologi, Fisika dan
Matematika.
Keunggulan model ini antara lain adalah dalam hal mentransfer
konsep secara lebih dalam, siswa menjadi lebih mudah melakukannya. Misalnya
dengan alat bantu media film untuk menanamkan konsep dari dua mata pelajaran
dalam waktu yang bersamaan. Kelemahan model ini
antara lain adalah untuk menyusun rencana model pembelajaran ini diperlukan
kerjasama guru dari mata pelajaran yang berbeda, sehingga perlu waktu ekstra
untuk mendiskusikannya.
6.
The Webbed Model (Model
Jaring Laba-laba)
Model
Jaring laba-laba menggunakan pendekatan tematik. Model webbed menyajikan
pendekatan tematik untuk mengintegrasikan mata pelajaran. Mata pelajaran
menggunakan tema untuk menyelidiki kesesuaian konsep, topik, dan ide-ide.
Karakteristik pendekatan tema ini untuk mengembangkan kurikulum dimulai dengan
satu tema misalnya “transportasi”, “penyelidikan”, dan lain-lain. Contoh dari
penggunaan pembelajaran model ini adalah: siswa dan guru menentukan tema
misalnya air, maka guru-guru mata pelajaran dapat mengajarkan tema air itu ke
dalam sub-sub tema misalnya siklus air, kincir angin, air waduk, air sungai,
bisnis air dari PDAM yang tergabung dalam mata pelajaran Matematika, IPS, IPA,
dan Bahasa.
Keunggulan model ini adalah mengembangkan motivasi siswa dalam
belajar karena tema disesuaikan dengan minat siswa. Kelemahan model ini adalah
banyak guru sulit memilih tema. Mereka cenderung menyediakan tema yang dangkal
sehingga kurang bermanfaat bagi siswa, dan guru seringkali terfokus pada
kegiatan sehingga materi atau konsep menjadi terabaikan.
7.
The
Threaded Model (Model Bergalur)
Model Bergalur (Threaded)
adalah model pembelajaran yang memfokuskan pada metakurikulum yang menggantikan
atau yang berpotongan dengan inti materi subjek. Model ini dirancang diawal
semester. Misalnya untuk melatih keterampilan berpikir (problem solving)
dari beberapa mata pelajaran dicari materi yang merupakan bagian dari problem
solving. Seperti komponen memprediksi, meramalkan kejadian yang sedang berlangsung,
mengantisipasi sebuah bacaan, hipotesis laboratorium dan sebagainya.
Keterampilan-keterampilan ini merupakan dasar yang saling berkaitan.
Keterampilan yang digunakan dalam model ini disesuaikan pula dengan
perkembangan usia siswa sehingga tidak tumpang tindih.
Contoh: disuatu mata pelajaran, membutuhkan pemecahan
masalah dari mata pelajaran lainnya.
Keunggulan model ini antara lain : konsep
berputar sekitar metakurikulum yang menekankan pada perilaku metakognitif.
Model ini membuat siswa dapat belajar bagaimana seharusnya belajar di masa yang
akan dating sesuai dengan laju perkembangan era globalisasi. Nilai lebih dari
model ini adalah materi untuk tiap mata pelajaran tetap murni sehingga siswa
yang mempunyai tingkat pemikiran superordinat memiliki kekuatan transfer pada
keterampilan hidup.
Kelemahan model ini antara lain :
Hubungan isi antar materi pelajaran tidak terlalu ditunjukkan sehingga secara
eksplisit sehingga siswa kurang dapat memahami keterkaitan konten antara mata
pelajaran satu dengan yang lainnya. Guru perlu memahami keterampilan dan
strategi yang digunakan siswa agar dapat mengembangkan dirinya.
8.
The Integrated Model (
Model Integrasi)
Model
Integrated adalah model pembelajaran
yang menggunakan pendekatan antar bidang studi. Model ini menggabungkan beberapa
bidang studi dengan cara menetapkan prioritas kurikuler dan menemukan keterampilan,
konsep, prinsip, dan sikap saling tumpang tindih/overlapping di dalam
beberapa bidang studi.
Keunggulan model ini adalah
siswa saling mengaitkan, saling menghubungkan diantara macam-macam bagian dari
mata pelajaran. Keterpaduan secara sukses diimplementasikan, pendekatan belajar
yang lingkungan belajar yang ideal untuk hari terpadu (integrated day) secara
eksternal dan untuk keterpaduan belajar untuk fokus internal. Selain itu model
ini juga mendorong motivasi murid. Kelemahan model ini sulit dilaksanakan secara penuh,
membutuhkan guru yang mempunyai keterampilan tinggi, kepercayaan diri dalam
prioritas konsep, dan membutuhkan tim ahli pada bidangnya baik pada saat
perencanaan dan pelaksanaannya. Model ini juga membutuhkan sumber belajar yang
beraneka ragam.
9.
The
Immersed Model (Model Terbenam)
Model Terbenam (Immersed)
adalah model pembelajaran yang melibatkan beberapa mata pelajaran dalam satu
proyek. Misalnya seorang mahasiswa yang memperdalam ilmu kedokteran maka selain
Biologi, Kimia, Komputer, juga harus mempelajari Fisika dan setiap mata
pelajaran tersebut ada kesatuannya. Model ini dapat pula diterapkan pada siswa
SD, SMP, maupun SMU dalam bentuk proyek di akhir semester.
Keunggulan model ini adalah ; setiap
siswa mempunyai ketertarikan mata pelajaran yang berbeda maka secara tidak
langsung siswa yang lain akan belajar dari siswa lainnya. Mereka terpacu untuk
dapat menghubungkan mata pelajaran yang satu dengan yang lainnya. Mata
pelajaran menjadi lebih terfokus dan siswa akan selalu mencari tahu apa yang
menjadi pertanyaan baginya, sehingga pengalamannya menjadi lebih luas. Model ini menggambarkan seberapa jauh siswa
dapat memecahkan masalah menurut pemahamannya dan melatih kreatifitas berfikir
siswa secara bertahap dari jenjang SD hingga SMU. Bagi siswa SD model ini dapat
dilaksanakan pada hari HUT RI. Misalnya merancang sebuah pesawat terbang yang
seimbang lalu dipamerkan.
Kelemahan model ini antara lain : siswa
yang tidak senang membaca akan mendapat kesulitan utnuk mengerjakan proyek ini,
sehingga siswa menjadi kehilangan minat belajar. Guru perlu waktu untuk
mengorganisir semua kegiatan proyek yang dilaksanakan oleh siswa yang tersususn
secara baik dan terencana sebelumnya.
10. The Networked Model (Model Jaringan)
Model Jaringan Kerja (Networking)
adalah model pembelajaran berupa kerjasama antara siswa dengan seorang ahli
dalam mencari data, keterangan, atau lainnya sehubungan dengan mata pelajaran
yang disukainya atau yang diminatinya sehingga siswa secara tidak langsung
mencari tahu dari berbagai sumber. Sumber dapat berupa buku bacaan, internet,
saluran radio, TV, atau teman, kakak, orangtua atau guru yang dianggap ahli
olehnya. Siswa memperluas wawasan belajarnya sendiri artinya siswa termotivasi
belajar karena rasa ingin tahunya yang besar dalam dirinya.
Keunggulan model ini adalah siswa
memperluas wawasan pengetahuan pada satu atau dua mata pelajaran secara
mendalam dan sempit sararannya. Hal ini umumnya muncul secara tidak sengaja
selama proses pembelajaran di kelas sedang berlangsung. Kelemahan model
ini adalah kemungkinan motivasi siswa akan berubah sehingga kedalaman materi
pelajaran menjadi dangkal secara tidak sengaja karena mendapat hambatan dalam
mencari sumber.
Gambar 1. 10 Tipe Pembelajaran Integrated Approach
Pembelajaran dengan menggunakan
pendekatan terpadu ini diharapkan akan dapat memperbaiki kualitas pendidikan terutama
pendidikan dasar, untuk mencegah gejala penjejalan kurikulum dalam proses
pembelajaran di sekolah. Dampak negatif dari penjejalan kurikulum akan
berakibat buruk terhadap perkembangan anak, hal tersebut terlihat dengan
dituntutnya anak untuk mengerjakan berbagai tugas yang melebihi kapasitas dan
kebutuhan mereka. Mereka kurang mendapat kesempatan untuk belajar dan membaca.
Selain itu mereka akan kehilangan
pengalaman pembelajaran alamiah langsung serta pengalaman sensorik dari dunia
mereka yang akan membentuk dasar kemampuan pembelajaran abstrak.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1
Pengertian Integrated
Approach
Istilah
pembelajaran terpadu berasal dari ‘Integrated Teaching and Learning’ atau ‘Integrated
Curriculum Approach’. John Dewey dalam bukunya Democracy and Education (1950:
89-90, dalam Dwi Siswoyo dkk, 2011), menyatakan bahwa pendidikan adalah
rekonstruksi atau reorganisasi pengalaman yang menambah makna pengalaman, dan
yang menambah kemampuan untuk mengarahkan pengalaman selanjutnya. John Dewey
mengemukakan bahwa belajar tergantung pada pengalaman dan minat siswa sendiri
dan topik dalam kurikulum seharusnya saling terintegrasi bukan terpisah atau
tidak mempunyai kaitan satu sama lain. Sedangkan
Jhon
Dewey dalam Sriyati (2008), menyatakan bahwa integrated approach atau pembelajaran
terpadu adalah pendekatan untuk mengembangkan kemampuan nalar dalam pembentukan
pengetahuan berdasarkan interaksi dengan lingkungan dan pengalaman dalam hidupnya. Teori John Dewey dapat diaplikasikan dalam
pembelajaran siswa khususnya pada pembelajaran kognitif. Pembelajaran kognitif
menekankan pada keaktifan siswa dalam berpikir untuk memecahkan masalah dengan
cara merekonstruksi masalah dengan pengetahuan dan pengalaman yang telah
didapat. Hal ini tentunya akan melatih siswa untuk berpikir secara rasional
dalam memecahkan masalah. Proses pembelajaran kognitif harus dilakukan secara
berkelanjutan agar ada perkembangan dalam kemampuan berpikir siswa.
Pembelajaran
terpadu
merupakan model
yang mencoba memadukan beberapa pokok bahasan (Beane, 1995). Pembelajaran terpadu juga membantu anak
belajar menghubungkan apa yang telah dipelajarinya dengan yang baru mereka
pelajari. Pandangan lainnya adalah pembelajaran terpadu merupakan pendekatan
pembelajaran yang memperhatikan dan menyesuaikan dengan tingkat perkembangan
peserta didik (Development Appropriate Practice). Pendekatan ini bermula dari
teori pembelajaran yang menolak drill sebagai dasar pembentukan pengetahuan dan
struktur keilmuan peserta didik. Pada
hakikatnya, pembelajaran terpadu merupakan suatu
pendekatan pembelajaran yang memungkinkan peserta didik baik secara individual
maupun kelompok aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip
secara holistik dan otentik (Depdikbud, 1996).
3.2
Ciri-Ciri Pembelajaran Terpadu
Beberapa ciri pembelajaran terpadu dalam Depdikbud (1996) , yaitu sebagai
berikut:
1. Holistik,
suatu peristiwa yang menjadi pusat perhatian dalam pembelajaran terpadu dikaji
dari beberapa bidang studi sekaligus untuk memahami suatu fenomena dari segala
sisi.
- Bermakna, keterkaitan antara konsep-konsep lain
akan menambah kebermaknaan konsep yang dipelajari dan diharapkan anak
mampu menerapkan perolehan belajarnya untuk memecahkan masalah-masalah
nyata di dalam kehidupannya.
- Aktif,
pembelajaran terpadu dikembangkan melalui pendekatan diskoveri-inquiri.
Peserta didik terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran yang secara tidak
langsung dapat memotivasianak untuk belajar.
Sedangkan menurut Hilda Karli (2003: 53) dalam (http://www.slideshare.net/naninurnaeni/pembelajaran-terpadu-3534352), menyatakan bahwa ciri-ciri pembelajaran terpadu diantaranya:
1.
Berpusat pada
anak (studend centered).
2.
Memberi
pengalaman langsung pada anak.
3.
Pemisahan antara
bidang studi tidak begitu jelas.
4. Menyajikan
konsep dari berbagai bidang studi dalam suatu proses pembelajaran.
5. Bersifat
luwes.
6. Hasil
pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan anak.
7. Holistik,
artinya suatu peristiwa yang menjadi pusat perhatian dalam pembelajaran terpadu
di amati dan di kaji dari beberapa mata pelajaran sekaligus, tidak dari sudut
pandang yang terkotak-kotak.
8. Bermakna, artinya pengkajian suatu penomena dari
berbagai macam aspek memungkinkan terbentuknya semacam jalinan skemata yang dimiliki
siswa.
9. Otentik,
artinya informasi dan pengetahuan yang diperoleh sipatnya menjadi otentik.
10. Aktif,
artinya siswa perlu terlibat langsung dalam proses pembelajaran mulai dari
perencanaan, pelaksanaan hingga proses evaluasi.
3.3
Prinsip-Prinsip
Pembelajaran Terpadu
Prinsip-prinsip
dalam pembelajaran terpadu meliputi :
- Prinsip
penggalian tema antara lain :
a. Tema hendaknya tidak terlalu luas, namun dengan mudah dapat digunakan memadukan banyak bidang studi.
b. Tema harus bermakna artinya bahwa tema yang dipilih untuk dikaji harus
memberikan bekal bagi siswa untuk belajar selanjutnya.
c. Tema harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan
psikologis anak.
d. Tema yang dikembangkan harus mampu mewadahi sebagian besar minat anak.
e. Tema yang dipilih hendaknya
mempertimbangkan penstiwa-peristiwa otentik yang terjadi dalam rentang waktu
belajar.
f. Tema yang dipilih hendaknya mempertimbangkan kurikulum yang berlaku,
serta harapan dari masyarakat
g. Tema yang dipilih hendaknya juga mempertimbangkan ketersediaan sumber
belajar.
- Prinsip
pelaksanaan terpadu di antaranya :
a. Guru hendaknya jangan menjadi “single actor “ yang mendominasi
pembicaraan dalam proses belajar mengajar.
b. Pemberian tanggung jawab individu dan kelompok harus jelas dalam setiap
tugas yang menuntut adanya kerjasarna kelompok.
c. Guru perlu akomodatif terhadap ide-ide yang terkadang sama sekali tidak
terpikirkan dalam poses perencanaan.
- Prinsip
evaluatif adalah :
a. Memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan evaluasi diri di samping
bentuk evaluasi lainnya.
b. Guru perlu mengajak siswa untuk mengevaluasi perolehan belajar yang
telah dicapai berdasarkan kriteria keberhasilan pencapaian tujuan yang telah
disepakati dalam kontrak.
- Prinsip reaksi, dampak pengiring (nurturan efek)
yang penting bagi perilaku secara sadar belum tersentuh oleh guru
dalam kegiatan belajar mengajar. Karena itu, guru dituntut agar mampu
merencanakan dan melaksanakan pembelajaran sehingga tercapai secara tuntas
tujuan-tujuan pembelajaran. Guru harus bereaksi terhadap reaksi siswa
dalam semua “event “ yang tidak diarahkan ke aspek yang sempit tetapi ke
suatu kesatuan utuh dan bermakna.
3.4 Tujuan Pembelajaran
Terpadu
Pembelajaran terpadu dikembangkan
selain untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan, diharapkan
siswa juga dapat:
1. meningkatkan pemahaman konsep yang
dipelajarinya secara lebih bermakna.
2. mengembangkan keterampilan
menemukan, mengolah dan memanfaatkan informasi.
3. menumbuhkembangkan sikap positif,
kebiasaan baik, dan nilai-nilai luhur yang diperlukan dalam kehidupan.
4. menumbuhkembangkan keterampilan
sosial seperti kerja sama, toleransi, komunikasi, serta menghargai pendapat
orang lain.
5.
meningkatkan
gairah dalam belajar (Rudi-unesa.blog.com/2011/01-filosofi-tujuan dan manfaat.html
Sedangkan menurut Puskur (2013),
kegiatan belajar dan mengajar IPA Terpadu bertujuan untuk :
1. Meningkatkan efisiensi dan
efektivitas pembelajaran
Dalam
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang harus dicapai peserta didik masih
dalam lingkup disiplin ilmu fisika, kimia, dan biologi. Banyak ahli yang
menyatakan pembelajaran IPA yang
disajikan secara disiplin keilmuan dianggap terlalu dini bagi anak usia 7-14
tahun, karena anak pada usia ini masih dalam transisi dari tingkat berpikir
operasional konkret ke berpikir abstrak. Lagi pula, anak melihat dunia
sekitarnya masih secara holistik. Atas dasar itu, pembelajaran IPA hendaknya disajikan dalam bentuk yang utuh
dan tidak parsial. Di samping itu pembelajaran yang disajikan terpisah-pisah
dalam fisika, biologi, kimia, dan bumi-alam semesta memungkinkan adanya tumpang
tindih dan pengulangan, sehingga membutuhkan waktu dan energi yang lebih
banyak, serta membosankan bagi peserta didik. Bila konsep yang tumpang tindih
dan pengulangan dapat dipadukan, maka pembelajaran akan lebih efisien dan
efektif. Keterpaduan mata pelajaran dapat mendorong guru untuk
mengembangkan kreativitas tinggi karena adanya tuntutan untuk memahami
keterkaitan antara satu materi dengan materi yang lain. Guru dituntut memiliki
kecermatan, kemampuan analitik, dan kemampuan kategorik agar dapat memahami
keterkaitan atau kesamaan materi maupun metodologi.
2.
Meningkatkan
minat
dan motivasi
Pembelajaran
terpadu memberikan peluang bagi guru untuk mengembangkan situasi pembelajaan
yang utuh, menyeluruh, dinamis, dan bermakna sesuai dengan harapan dan
kemampuan guru, serta kebutuhan dan kesiapan peserta didik. Dalam hal ini,
pembelajaran terpadu memberikan peluang bagi pengembangan ilmu pengetahuan yang
berkaitan dengan tema yang disampaikan. Pembelajaran IPA Terpadu dapat
mempermudah dan memotivasi peserta didik untuk mengenal, menerima, menyerap,
dan memahami keterkaitan atau hubungan antara konsep pengetahuan dan nilai atau
tindakan yang termuat dalam tema tersebut.
Dengan
model pembelajaran yang terpadu dan sesuai dengan kehidupan sehari-hari,
peserta didik digiring untuk berpikir luas dan mendalam untuk menangkap dan
memahami hubungan konseptual yang disajikan guru. Selanjutnya peserta didik
akan terbiasa berpikir terarah, teratur, utuh, menyeluruh, sistemik, dan
analitik. Peserta didik akan lebih termotivasi dalam belajar bila mereka merasa
bahwa pembelajaran itu bermakna baginya, dan bila mereka berhasil menerapkan
apa yang telah dipelajarinya.
3. Mencapai beberapa kompetensi dasar sekaligus
Model
pembelajaran IPA terpadu dapat menghemat
waktu, tenaga, dan sarana, serta biaya karena pembelajaran beberapa kompetensi
dasar dapat diajarkan sekaligus. Di samping itu, pembelajaran terpadu juga
menyederhanakan langkah-langkah pembelajaran. Hal ini terjadi karena adanya
proses pemaduan dan penyatuan sejumlah standar kompetensi, kompetensi dasar,
dan langkah pembelajaran yang dipandang memiliki kesamaan atau keterkaitan.
3.5 Langkah-langkah
Penerapan Pembelajaran Terpadu
Langkah-langkah untuk
mempersiapkan model pembelajaran terpadu menurut Puskur
Balitbangdepdiknas dalam http://rudy-unesa.blogspot.com/2011/01/perencanan-pembelajaran-terpadu.html adalah :
Langkah
1:
Menetapkan bidang kajian
yang akan dipadukan. Pada saat menetapkan beberapa bidang kajian yang akan
dipadukan sebaiknya sudah disertai dengan alasan atau rasional yang berkaitan
dengan pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar oleh peserta didik
dan kebermaknaan belajar.
Langkah
2:
Mempelajari standar kompetensi dan kompetensi
dasar dari bidang kajian yang akan dipadukan dan melakukan pemetaan pada semua
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar bidang kajian per kelas yang dapat
dipadukan. Kegiatan pemetaan ini dilakukan untuk memperoleh gambaran secara
menyeluruh dan utuh. Beberapa ketentuan dalam pemetaan Kompetensi Dasar dalam
pengembangan model pembelajaran terpadu adalah sebagai berikut.:
1.
Mengidentifikasikan
beberapa Kompetensi Dasar dalam berbagai Standar Kompetensi yang
memiliki potensi untuk dipadukan.
2.
Beberapa Kompetensi Dasar
yang tidak berpotensi dipadukan, jangan dipaksakan untuk dipadukan dalam
pembelajaran. Kompetensi Dasar yang tidak diintegrasikan dibelajarkan/disajikan
secara tersendiri.
3.
Kompetensi Dasar dipetakan tidak harus berasal dari semua Standar
Kompetensi yang ada pada mata pelajaran pada kelas yang sama, melainkan
memungkinkan hanya dua atau tiga Kompetensi Dasar saja.
4.
Kompetensi Dasar yang sudah dipetakan dalam satu topik/tema masih
bisa dipetakan dengan topik/tema lainnya.
Langkah 3:
Setelah pemetaan Kompetensi Dasar selesai, langkah selanjutnya
dilakukan penentuan tema pemersatu antar-Standar Kompetensi dan Kompetensi
Dasar. Tema yang dipilih harus relevan dengan Kompetensi Dasar yang telah
dipetakan dan dapat dirumuskan dengan melihat isu-isu yang terkini, misalnya
penyakit demam berdarah, HIV/AIDS, dan lainnya, kemudian baru dilihat
koneksitasnya dengan kompetensi dasar dari berbagai bidang kajian. Dengan
demikian, dalam satu mata pelajaran pada satu tingkatan kelas terdapat beberapa
topik yang akan dibahas. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penentuan
topik/tema pada pembelajaran terpadu antara lain meliputi hal-hal berikut.
1.
Tema, dalam pembelajaran terpadu, merupakan perekat
antar-Kompetensi Dasar yang terdapat dalam bidang kajian.
2.
Tema yang ditentukan selain
relevan dengan Kompetensi-kompetensi Dasar yang terdapat dalam satu tingkatan
kelas, juga sebaiknya relevan dengan pengalaman pribadi peserta didik, dalam
arti sesuai dengan keadaan lingkungan setempat.
3.
Dalam menentukan topik, isu
sentral yang sedang berkembang saat ini, dapat menjadi prioritas yang dipilih
dengan tidak mengabaikan keterkaitan antar-Kompetensi Dasar pada bidang kajian
yang telah dipetakan.
Langkah
4:
Membuat matriks
keterhubungan kompetensi dasar dan tema/topik pemersatu. Tujuannya adalah untuk
menunjukkan kaitan antara tema/topik dengan kompetensi dasar yang dapat
dipadukan.
Langkah
5:
Setelah membuat matriks keterhubungan
kompetensi dasar dan tema pemersatu, maka Kompetensi-kompetensi Dasar tersebut
dijabarkan ke dalam indikator pencapaian hasil belajar yang nantinya digunakan
untuk penyusunan silabus.
Langkah
6:
Menyusun silabus
pembelajaran terpadu, dikembangkan dari berbagai indikator bidang kajian
menjadi beberapa kegiatan pembelajaran yang konsep keterpaduan atau
keterkaitan menyatu antara beberapa bidang kajian. Komponen
penyusunan silabus terdiri dari Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, Indikator,
Kegiatan Pembelajaran, Alokasi Waktu, Penilaian, dan Sumber Belajar.
Langkah
7:
Setelah teridentifikasi
peta Kompetensi Dasar dan tema yang terpadu, selanjutnya adalah menyusun
rencana pelaksanaan pembelajaran. Pada pembelajaran terpadu,
sesuai dengan Standar Isi, keterpaduan terletak pada strategi pembelajaran. Hal
ini disebabkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar telah ditentukan dalam
Standar Isi Rencana pelaksanaan pembelajaran tersebut merupakan realisasi dari
pengalaman belajar peserta didik yang telah ditentukan
pada silabus pembelajaran terpadu.Komponennya terdiri atas:
identitas mata pelajaran, Kompetensi Dasar yang hendak dicapai, materi pokok
beserta uraiannya, langkah pembelajaran, alat media yang digunakan, penilaian
dan tindak lanjut, serta sumber bahan yang digunakan.
Skema
Langkah-langkah Perencanaan pembelajaran Terpadu
3.6 Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Terpadu
Pembelajaran terpadu memiliki kelebihan dan kekurangan dibandingkan dengan
pendekatan konvensional. Menurut Saud dkk. (2006), Kelebihan pembelajaran
terpadu adalah sebagai berikut :
- Pengalaman dan kegiatan belajar peserta didik
akan selalu relevan dengan tingkat perkembangan anak.
- Kegiatan yang dipilih dapat disesuaikan dengan
minat dan kebutuhan peserta didik.
- Seluruh kegiatan belajar lebih bermakna bagi
peserta didik sehingga hasil belajar akan dapat bertahan lebih lama.
- Pembelajaran terpadu menumbuhkembangkan
keterampilan berpikir dan sosial peserta didik.
- Pembelajaran terpadu menyajikan kegiatan yang
bersifat pragmatis dengan permasalahan yang sering ditemui dalam
kehidupan/lingkungan riil peserta didik.
- Jika pembelajaran terpadu dirancang bersama,
dapat meningkatkan kerja sama antar guru bidang kajian terkait, guru
dengan peserta didik, peserta didik dengan peserta didik, peserta
didik/guru dengan nara sumber; sehingga belajar lebih menyenangkan,
belajar dalam situasi nyata, dan dalam konteks yang lebih bermakna.
Di samping
kelebihan-kelebihan di atas, Saud dkk. (2006) juga menyatakan kelemahan pembelajaran
terpadu, terutama dalam pelaksanaannya, yaitu pada perancangan dan pelaksanaan
evaluasi yang lebih banyak menuntut guru untuk melakukan evaluasi proses, dan
tidak hanya evaluasi dampak pembelajaran langsung saja.
1. Aspek Guru
Guru harus
berwawasan luas, memiliki kreativitas tinggi, keterampilan metodologis yang
handal, rasa percaya diri yang tinggi dan berani mengemas dan mengembangkan
materi. Secara akademik, guru dituntut untuk terus menggali informasi ilmu
pengetahuan yang berkaitan dengan materi yang akan diajarkan dan banyak membaca
buku agar penguasaan bahan ajar tidak terfokus pada bidang kajian tertentu
saja.
2. Aspek Peserta Didik
Pembelajaran terpadu memerlukan bahan bacaan atau sumber informasi yang
cukup banyak dan bervariasi, mungkin juga fasilitas internet. Semua ini akan
menunjang, memperkaya, dan mempermudah pengembangan wawasan. Bila sarana ini
tidak dipenuhi, maka penerapan pembelajaran terpadu juga akan terlambat.
3. Aspek Kurikulum
Kurikulum harus luwes, berorientasi pada pencapaian ketuntasan pemahaman
peserta didik (bukan pada pencapaian target penyampaian materi). Guru perlu
diberi kewenangan dalam mengembangkan materi, metode, penilaian keberhasilan
pembelajaran peserta didik.
4. Aspek Penilaian
Pembelajaran
terpadu memerlukan cara penilaian yang menyeluruh (komprehensif), yaitu
menetapkan keberhasilan belajar peserta didik dari beberapa bidang kajian
terkait yang dipadukan.
5. Aspek Suasana Pembelajaran
Pembelajaran
terpadu berkecenderungan mengutamakan salah satu bidang kajian dan
‘tenggelam’nya bidang kajian lain. Dengan kata lain, pada saat mengerjakan
sebuah tema, maka guru berkecenderungan menekankan atau mengutamakan substansi
gabungan tersebut sesuai dengan pemahaman, selera, dan latar belakang
pendidikan guru itu sendiri.
3.7 Manfaat
Penerapan Pembelajaran Terpadu di Kelas
Merujuk pada teori-teori belajar, di
antaranya teori Piaget, maka dalam pembelajaran di jenjang SD dan SMP hendaknya
kita menggunakan pendekatan yang berorientasi pada kebutuhan perkembangan anak
(DAP atau Developmentally Appropiate Practice). Hal ini dikarenakan
peserta didik pada kisaran usia SD dan SMP masih berada pada tahapan pra operasional
dan operasional konkrit. Secara khusus pula para ahli psikologi pendidikan anak
mengemukakan bahwa perkembangan anak usia dini bersifat holistik; perkembangan
anak bersifat terpadu, di mana aspek perkembangan yang satu terkait erat dan
mempengaruhi aspek perkembangan lainnya. Perkembangan fisik tidak bisa
dipisahkan dari perkembangan mental, sosial, dan emosional ataupun sebaliknya,
dan perkembangan itu akan terpadu dengan pengalaman, kehidupan, dan
lingkungannya.
Penggunaan pendekatan DAP ini
mengacu pada beberapa asas yang harus diperhatikan oleh guru, yaitu:
- Asas
kedekatan, pembelajaran dimulai dari yang dekat dan dapat dijangkau oleh
anak,
- Asas faktual, pembelajaran hendaknya menapak pada
hal-hal yang faktual (konkrit) mengarah pada konseptual (abstrak)
- Asas holistik dan integratif, pembelajaran
hendaknya tidak memilah-milah topik pelajaran, guru harus memikirkan
segala sesuatu yang akan dipelajari anak sebagai suatu kesatuan yang utuh
dan terpadu
- Asas kebermaknaan, pembelajaran hendaknya penuh
makna dengan menciptakan banyak proses manipulatif sambil bermain.
Model pembelajaran terpadu tidak
hanya cocok untuk peserta didik usia dini, namun bisa juga digunakan untuk peserta
didik tingkat SMA/MA, karena pada hakikatnya model pembelajaran ini merupakan
suatu pendekatan pembelajaran yang memungkinkan peserta didik baik secara
individual maupun kelompok aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta
prinsip secara holistik dan otentik ( Depdikbud : 1996).
Beberapa manfaat yang dapat diperoleh ketika menggunakan
pembelajaran terpadu dikelas dalam Rudi-unesa.blog.com/2011/01-filosofi-tujuan
dan manfaat.html, yaitu :
1. Banyak topik-topik yang tertuang
disetiap mata pelajaran mempunyai keterkaitan konsep dengan yang dipelajari
siswa.
2. Pada pembelajaran terpadu
memungkinkan siswa memanfaatkan keterampilannya yang dikembangkan dari
mempelajari keterkaitan antar mata pelajaran.
3. Pembelajaran terpadu melatih siswa
untuk semakin banyak membuat hubungan inter dan antar mata pelajaran, sehingga
siswa mampu memproses informasi dengan cara yang sesuai daya pikirnya dan
memungkinkan berkembangnya jaringan konsep-konsep.
4. Pembelajaran terpadu membantu siswa
dapat memecahkan masalah dan berpikir kritis untuk dapat dikembangkan melalui
keterampilan dalam situasi nyata.
5. Daya ingat (retensi) terhadap materi
yang dipelajari siswa dapat ditingkatkan dengan jalan memberikan topik-topik
dalam berbagai ragam situasi dan berbagai ragam kondisi.
6.
Dalam
pembelajaran terpadu transfer pembelajaran dapat mudah terjadi bila situasi
pembelajaran dekat dengan situasi kehidupan nyata.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Pembelajaran
terpadu sebagai salah satu model pembelajaran mempunyai beberapa ciri yaitu :
berpusat pada anak (student centered), proses pembelajaran mengutamakan
pemberian pengalaman langsung, serta pemisahan antar bidang studi tidak
terlihat jelas. Disamping itu pembelajaran terpadu menyajikan konsep dari berbagai
bidang studi dalam satu proses pembelajaran. Selain mempunyai sifat luwes,
pembelajaran terpadu juga memberikan hasil yang dapat disesuaikan dengan minat
dan kebutuhan anak.
2. Sebagai salah satu model pembelajaran,
pembelajaran terpadu mempunyai kelebihan dan kelemahan yang dapat menjadi
pertimbangan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas. Dengan
mempertimbangkan manfaatnya, pembelajaran terpadu sangat dianjurkan untuk
diterapkan di kelas.
4.2
Saran
Masalah
pembelajaran yang dihadapi para pendidik saat ini semakin kompleks. Untuk itu
para pendidik khususnya para guru dari berbagai jenjang pendidikan diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan
keterampilannya dalam menciptakan dan mengembangkan model-model pembelajaran,
agar dapat menunjang terciptanya proses belajar mengajar di kelas yang lebih
bermakna dan menyenangkan bagi peserta didik.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar