Sabtu, 05 Juli 2014

Pendekatan Terpadu (Integrated Approach)

BAB I
PENDAHULUAN
1.1      Latar Belakang

Kecenderungan pembelajaran IPA pada masa kini adalah peserta didik hanya mempelajari IPA  sebagai produk, menghafalkan konsep, teori dan hukum. Keadaan ini diperburuk oleh pembelajaran yang berorientasi pada ujian. Akibatnya IPA  sebagai proses, sikap, dan aplikasi tidak tersentuh dalam pembelajaran. Pengalaman belajar yang diperoleh di kelas tidak utuh dan tidak berorientasi tercapainya kompetensi dasar. Pembelajaran lebih bersifat teacher-centered,  guru hanya menyampaikan IPA  sebagai produk dan peserta didik menghafal informasi faktual. Peserta didik hanya mempelajari IPA  pada domain kognitif yang terendah. Peserta didik tidak dibiasakan untuk mengembangkan potensi berpikirnya. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa banyak peserta didik yang cenderung menjadi malas berpikir secara mandiri. Cara berpikir yang dikembangkan dalam kegiatan belajar belum menyentuh domain afektif  dan psikomotorAlasan yang sering dikemukakan oleh para guru adalah keterbatasan waktu, sarana, lingkungan belajar, dan jumlah peserta didik per kelas yang terlalu banyak.
Abad 21 ditandai oleh pesatnya perkembangan IPA  dan teknologi dalam berbagai bidang kehidupan di masyarakat, terutama teknologi informasi dan komunikasi. Oleh karena itu, diperlukan cara pembelajaran yang dapat menyiapkan peserta didik untuk melek IPA  dan teknologi, mampu berpikir logis, kritis, kreatif, serta dapat berargumentasi secara benar. Kenyataannya, memang tidak banyak peserta didik yang menyukai mata pelajaran IPA karena dianggap sukar, keterbatasan kemampuan peserta didik,  atau karena mereka tak berminat menjadi ilmuwan atau ahli teknologi. Namun demikian, mereka tetap berharap agar pembelajaran IPA  di sekolah dapat disajikan secara menarik, efisien, dan efektif.
Masalah-masalah tersebut sebenarnya dapat diatasi dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat. Diperlukan model-model pembelajaran yang mampu mengatasi kesulitan guru dalam melaksanakan tugas mengajar, juga mengatasi kesulitan belajar siswa. Model pembelajaran dapat dipakai sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan kegiatan. Setiap model pembelajaran memerlukan sistem pengelolaan dan lingkungan belajar yang sedikit berbeda. Setiap model pembelajaran memberikan peran yang berbeda kepada siswa, keadaan fisik ruangan, dan pada sistem sosial kelas. Dalam melaksanakan pembelajaran hal yang harus dipentingkan adalah bagaimana mengaktifkan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran secara mandiri sehingga pembelajaran berpusat pada siswa (student centered).
Model pembelajaran merupakan implementasi dari kurikulum. Integrated Approach atau pembelajaran terpadu merupakan aplikasi pendekatan kurikulum terpadu yang bertujuan untuk menciptakan atau membuat proses pembelajaran secara relevan dan bermakna bagi anak (Atkinson, 1989 : 9
dalam Ahmad). Pakar pendidikan dan guru besar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo Prof. Dr. Sri Anitah Wiryawan, M.Pd. (Pikiran Rakyat, 11 April 2003) menyatakan “kurikulum terpadu adalah suatu pendekatan untuk mengorganisasikan kurikulum dengan cara menghapus garis batas mata pelajaran yang terpisah-pisah, sedangkan pembelajaran terpadu merupakan metode pengorganisasian pembelajaran yang menggunakan beberapa bidang mata pelajaran yang sesuai. Selanjutnya dijelaskan bahwa dalam pembelajaran terpadu didasarkan pada
pendekatan inquiry, yaitu melibatkan siswa yang dimulai dari merencanakan, mengeksplorasi dan brain storming untuk siswa.. Dengan pendekatan terpadu siswa terdorong untuk memberanikan diri bekerja secara berkelompok dan belajar dari pengalamannya sendiri.
Model pembelajaran terpadu dianjurkan untuk semua jenjang pendidikan,  mulai dari tingkat Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI) sampai dengan Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA). Menurut Depdikbud (1996), model pembelajaran terpadu pada hakikatnya merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang memungkinkan peserta didik baik secara individual maupun kelompok aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip secara holistik dan otentik. Melalui pembelajaran IPA  terpadu, peserta didik dapat memperoleh pengalaman langsung, sehingga dapat menambah kekuatan untuk menerima, menyimpan, dan memproduksi kesan-kesan tentang hal-hal yang dipelajarinya. Dengan demikian, peserta didik terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai konsep yang dipelajari secara menyeluruh (holistik), bermakna, otentik dan aktif.
Seperti yang telah diketahui, cara pengemasan pengalaman belajar yang dirancang guru sangat berpengaruh terhadap kebermaknaan pengalaman bagi para peserta didik. Pengalaman belajar yang lebih menunjukkan keterkaitan antar unsur-unsur konseptual akan menjadikan proses belajar lebih efektif. Kaitan konseptual yang dipelajari dengan sisi mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang relevan akan membentuk skema kognitif, sehingga anak memperoleh keutuhan dan kebulatan pengetahuan. Perolehan keutuhan belajar IPA, serta kebulatan pandangan tentang kehidupan, dunia nyata dan fenomena alam hanya dapat direfleksikan melalui pembelajaran terpadu.
Pembelajaran terpadu dalam IPA  dapat dikemas dengan TEMA atau TOPIK tentang suatu wacana yang dibahas dari berbagai sudut pandang atau disiplin keilmuan yang mudah dipahami dan dikenal peserta didik. Dalam pembelajaran IPA   terpadu,  suatu konsep atau tema  dibahas dari  berbagai aspek mata pelajaran dalam bidang kajian IPA. Misalnya tema lingkungan dapat dibahas dari sudut biologi, fisika, dan kimia. Pembahasan tema juga dimungkinkan hanya dari aspek biologi dan fisika, atau kimia dan biologi, atau fisika dan kimia saja. Dengan demikian melalui pembelajaran terpadu ini beberapa konsep yang relevan untuk dijadikan tema  tidak perlu dibahas berulang kali dalam mata pelajaran yang berbeda, sehingga penggunaan waktu untuk pembahasannya lebih efisien dan pencapaian tujuan pembelajaran juga diharapkan akan  lebih efektif.

1.2          Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalah yang akan dibahas dalam makalah ini yaitu :
1.      Apakah yang dimaksud dengan pembelajaran terpadu ?
2.      Apakah ciri-ciri dari pembelajaran terpadu ?
3.      Bagaimanakah prinsip-prinsip dari pembelajaran terpadu ?
4.      Apakah tujuan  model pembelajaran terpadu ?
5.      Apakah langkah-langkah yang harus dilakukan untuk menerapkan pembelajaran terpadu ?
6.      Apakah kelebihan dan kelemahan dari pembelajaran terpadu ?
7.      Apakah manfaat penerapan pembelajaran terpadu di kelas ?
1.3    Tujuan Penulisan
Dari uraian rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan makalah ini adalah
1.      Untuk mendeskripsikan pengertian pembelajaran terpadu.
2.      Untuk mengidentifikasi ciri-ciri dari pembelajaran terpadu.
3.      Untuk mendeskripsikan prinsip-prinsip dari pembelajaran terpadu.
4.      Untuk mendeskripsikan tujuan model pembelajaran  terpadu.
5.      Untuk mengidentifikasi langkah-langkah pembelajaran terpadu.
6.      Untuk mengidentifikasi kelebihan dan kelemahan dari pembelajaran terpadu.
7.      Untuk mengidentifikasi manfaat penerapan pembelajaran terpadu di kelas























BAB II
KAJIAN TEORITIS
2.1    Pengertian dan Pengelompokkan Model  Pembelajaran
Model pembelajaran yang digunakan guru di kelas merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan proses belajar dan mengajar.  Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar (Hermawan, 2006). Menurut Udin dalam Hermawan (2006), model pembelajaran berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan pengajar dalam merencanakan serta melaksanakan aktivitas pembelajaran. Dengan demikian aktivitas pembelajaran merupakan aktivitas yang tertata secara sistematis.
Integrated approach atau Pembelajaran terpadu merupakan salah satu model pembelajaran berdasarkan pendekatan kurikulum terpadu yang bertujuan untuk menciptakan proses pembelajaran secara relevan dan bermakna bagi anak. Pada dasarnya pembelajaran terpadu merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan peserta didik baik individual maupun kelompok aktif mencari, menggali dan menemukan konsep serta prinsip ke ilmuan secara holistik, bermakna dan otentik sehingga siswa dapat menerapkan perolehan belajar untuk memecahkan masalah-masalah yang nyata di dalam kehidupan sehari-hari.  
Model pembelajaran dikelompokkan menjadi 3 kelompok besar menurut RHT dalam Sriyati (2008) yaitu :
1.         Model pembelajaran mata pelajaran terpisah (Separated subject matter)
2.         Model pembelajaran mata pelajaran terpadu (Integrated subject matter)
3.         Model pembelajaran mata pelajaran terkorelasi (Corellated subject matter)

2.2   Alasan Pentingnya Pembelajaran Terpadu
Alasan pentingnya memadukan mata pelajaran satu dengan yang mata pelajaran yang lainnya, diantaranya adalah :
1.      Alasan Empirik
Pada hakikatnya pengalaman hidup ini bersifat kompleks dan terpadu, artinya menyangkut beberapa aspek yang saling berkaitan. Misalnyapergi belanja ke pasar merupakan kegiatan kompleksitas pengalaman hidup yang bersifat sosial (berhubungan dengan orang lain), ekonomi (memenuhi kebutuhan rumah tangga), matematika (terkait dengan hitung-menghitung), biologi (berkaitan dengan sayur-mayyur dan buah-buahan yang di beli) dan yang lainnya. Proses pembelajaran di sekolah hendaknya dapat dilaksanakan dengan model pengalaman hidup dalam masyarakat karena proses pembelajaran yang demikian sesuai dengan realita kehidupan.
2.      Alasan Teoritis Ilmiah
Keadaan dan permasalahan dalam kehidupan terus berkembang seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Contoh: ilmu ruang angkasa menjadi lebih terbuka setelah pesawat ruang angkasa mendarat di bulan. Begitu juga dengan ilmu komputer dan informasi yang telah sedemikian pesat berkembang. Hal ini menunutut bahan ajar di sekolah harus diperkaya dengan muatan-muatan tentang perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang baru. Banyaknya permasalahan yang timbul dalam kehidupan, banyak materi baru yang di usulkan masyarakat untuk dimasukkan dalam kurikulum sekolah misalnya, masalah kerusakan lingkungan hidup, ilmu kelautan, narkoba dan masalah HIV/AIDS.
Pembelajaran terpadu juga memperhatikan dan menyesuaikan dengan tingkat perkembangan peserta didik  (Sutrisno, 2010). Piaget dalam Sagala (2008) mengemukakan bahwa perkembangan intelektual anak meliputi tahapan: (a) sensori-motor (0-2 tahun), (b) pra operasional 2-7 tahun , (c) operasional konkrit (7-11 tahun), dan (d) operasional formal (11 tahun-keatas) . Sehingga jika kita merujuk pada teori ini, dalam praktik pembelajaran di kelas hendaknya guru memperhatikan ciri-ciri perkembangan peserta didik pada setiap tahapan. Dengan model pembelajaran terpadu siswa didorong untuk berani bekerja secara kelompok dan belajar dari hasil pengalamannya sendiri. Selain itu dalam pelaksanaannya anak dapat diajak berpartisipasi aktif dalam mengeksplorasi topik atau peristiwa sehari-hari. Jadi pelaksanaan pembelajaran terpadu pada dasarnya bermaksud agar kurikulum itu bermakna bagi anak dan bahan ajar tidak digunakan secara terpisah-pisah, tetapi merupakan suatu kesatuan bahan yang utuh dan cara belajar yang sesuai dengan kebutuhan perkembangan siswa.

Pada pelaksanaannya, pembelajaran terpadu mengacu kepada dua hal pokok, yaitu :
1. Keterkaitan materi belajar antar disiplin ilmu yang relevan dihubungkan melalui tema pokok
2.  Keterhubungan tema pokok tersebut dengan kebutuhan dan kehidupan aktual para siswa.
Dengan demikian tingkat keterpaduannya tergantung kepada strategi dalam mengaitkan dan menghubungkan materi belajar dengan pengalaman nyata para siswa (dalam http://sobarnasblog.blogspot.com/2009/04/model-pembelajaran-terpadu-disekolah.html).

2.3    Variasi Pembelajaran Terpadu
Menurut Cohen dan Manion (1992) dan Brand (1991) dalam http://anwarholil.blogspot. com/2008/04/pengertian-pembelajaran-terpadu.html, terdapat tiga kemungkinan variasi pembelajaran terpadu yang berkenaan dengan pendidikan yang dilaksanakan dalam suasana pendidikan progresif yaitu:
1.    Kurikulum terpadu (integrated curriculum), kegiatan menata keterpaduan berbagai materi mata pelajaran melalui suatu tema lintas bidang membentuk suatu keseluruhan yang bermakna sehingga batas antara berbagai bidang studi tidaklah ketat atau boleh dikatakan tidak ada.
2.    Hari terpadu (integrated day) berupa perancangan kegiatan siswa dari sesuatu kelas pada hari tertentu untuk mempelajari atau mengerjakan berbagai kegiatan sesuai dengan minat mereka.
3.    Pembelajaran terpadu (integrated Learning) menunjuk pada kegiatan belajar yang terorganisasikan secara lebih terstruktur yang bertolak pada tema-tema tertentu atau pelajaran tertentu sebagai titik pusatnya (center core / center of interest). Pembelajaran Terpadu itu sendiri merupakan suatu model pembelajaran yang membawa pada kondisi pembelajaran yang relevan dan bermakna untuk anak. Pembalajaran terpadu merupakan media pembelajaran yang secara efektif membantu anak untuk belajar secara terpadu dalam mencari hubungan-hubungan dan keterkaitan antara apa yang telah mereka ketahui dengan hal-hal baru atau informasi baru yang mereka temukan dalam proses belajarnya sehari-hari.

2.4  Pendekatan Pembelajaran Terpadu
Fogarty dalam Widodo (2010) menyatakan ada 10 tipe pembelajaran terpadu.
1.       The Fragmented Model ( Model Penggalan)
Model Penggalan (Fragmented) adalah model pembelajaran konvensional (umumnya) yang terpisah secara mata pelajaran. Hal ini dipelajari siswa tanpa menghubungkan kebermaknaan dan keterkaitan antara satu pelajaran dengan pelajaran lainnya. Setiap mata pelajaran diajarkan oleh guru yang berbeda dan mungkin pula ruang yang berbeda. Setiap mata pelajaran memiliki ranahnya tersendiri dan tidak ada usaha untuk mempersatukannya. Setiap mata pelajaran berlangsung terpisah dengan pengorganisasian dan cara mengajar yang berbeda dari setiap guru. Contoh: dalam satu pelajaran, terdapat materi perambatan cahaya (content), prediksi (thinking skill), dan peta konsep (organizing skill).  Yang merupakan pemaduan berbagai bentuk penguasaan konsep ketrampilan berpikir, dan keterampilan mengorganisir.
Keunggulan model ini adalah guru dapat menyiapkan bahan ajar sesuai dengan bidang keahliannya dan dengan mudah menentukan ruang lingkup bahasan yang diprioritaskan dalam setiap pengajaran. Kelemahan model ini adalah siswa tidak dapat mengintegrasikan konsep-konsep yang sama, keterampilan serta sikap yang ada kaitannya satu dengan yang lainnya.

2.      The Connected Model (Model Terhubung)
Pada model terhubung setiap mata pelajaran berisi konten yang berkaitan antara topik dengan topik dan konsep dengan konsep dalam satu mata pelajaran. Model ini penekanannya terletak pada adanya integrasi inter bidang studi itu sendiri. Fogarti menyatakan bahwa di dalam mata pelajaran terdapat isi mata pelajaran yang dikaitkan, misalnya topik dengan topik, konsep dengan konsep, dan ide-ide yang berhubungan. Kaitan dapat diadakan secara spontan atau direncanakan terlebih dahulu sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna dan efektif. Dalam model connected ini secara sengaja menghubungkan kurikulum di dalam mata pelajaran melebihi dari apa yang diasumsi siswa-siswa yang akan memahami hubungan secara otomatis.
Keunggulan  model ini adalah adanya hubungan antar ide-ide dalam satu mata pelajaran, anak akan memperoleh gambaran yang lebih jelas dan luas dari konsep yang dijelaskan dan siswa diberi kesempatan untuk melakukan pendalaman, tinjauan, memperbaiki dan mengasimilasi gagasan secara bertahap.
Kelemahan  model ini adalah belum memberikan gambaran yang menyeluruh karena belum menggabungkan bidang-bidang pengembangan/mata pelajaran lain.

3.      The Nested Model (Model Tersarang)
Model Sarang (Nested) adalah model pembelajaran terpadu yang target utamanya adalah materi pelajaran yang dikaitkan dengan keterampilan berfikir dan keterampilan mengorganisasi. Artinya memadukan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik serta memadukan keterampilan proses, sikap dan komunikasi. Model ini masih memfokuskan keterpaduan beberapa aspek pada  kemudian dilengkapi dengan aspek keterampilan lain. model ini dapat digunakan bila guru mempunyai tujuan selain menanamkan konsep suatu materi tetapi juga aspek keterampilan lainnya menjadi suatu kesatuan. Dengan menggabungkan atau merangkaikan kemampuan-kemampuan tertentu pada ketiga cakupan tersebut akan lebih mudah mengintegrasikan konsep-konsep dan sikap melalui aktivitas yang telah terstruktur.
Contoh : pada mata pelajaran IPA terdapat aspek penguasaan materi dan keterampilan praktik yang dilanjutkan dengan keterampilan sikap ketika pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dan keterampilan komunikasi ketika presentasi hasil praktikum. Keempat aspek tersebut menjadi satu keterpaduan yang menghasilkan ketrampilan IPA.
Keunggulan model sarang adalah kemampuan siswa lebih diperkaya lagi karena selain memperdalam materi juga aspek keterampilan seperti berfikir dan mengorganisasi. Setiap mata pelajaran mempunyai dimensi ganda yang berguna kelak untuk kehidupan siswa mendatang. Kelemahan model ini adalah dalam hal perencanaan, jika dilakukan secara tergesa-gesa dan kurang cermat maka penggabungan beberapa materi dan aspek keterampilan dapat mengacaukan pola pikir siswa. Pada mulanya tujuan utama pengajaran adalah penekanan pada materi, tetapi akhirnya bergeser prioritasnya pada keterampilan.

4.       The Sequenced Model ( Model Terurut)
Model Pengurutan (Sequenced) adalah model pembelajaran yang topik atau unit yang disusun kembali dan diurutkan sehingga bertepatan pembahasannya satu dengan yang lainnya. Misalnya dua mata pelajaran yang berhubungan diurutkan sehingga materi pelajaran dari keduanya dapat diajarkan secara paralel. Dengan mengurutkan urutan topik-topik yang diajarkan, tiap kegiatan akan dapat saling mengutamakan karena tiap subjek saling mendukung.
Contoh: pada mata pelajaran IPA dan matematika tentang pengukuran. Pelajaran IPA : Suhu (Kelvin, derajat, Fahrenheit, Reamur. Pelajaran matematika : cara pengolahan data. Dengan cara penambahan, pengurangan,  pembagian, dan perkalian.
Keunggulan model ini adalah dalam penyusunan urutan topik, guru memiliki keleluasaan untuk menentukan sendiri berdasarkan prioritas dan tidak dibatasi oleh apa yang sudah tercantum dalam kurikulum. Sedangkan dari sudut pandang siswa, pengurutan topik yang berhubungan dari disiplin yang berbeda akan membantu mereka untuk memahami isi dari mata pelajaran tersebut.
Kelemahan model pengurutan antara lain perlu adanya kerjasama antara guru-guru bidang studi agar dapat mengurutkan materi, sehingga ada kesesuaian antara konsep yang ssatu dengan konsep yang lainnya.

5.      The Shared Model ( Model Terbagi)
Model Terbagi (Shared) adalah model pembelajaran terpadu yang merupakan gabungan atau keterpaduan antara dua mata pelajaran yang saling melengkapi dan di dalam perencanaan atau pengajarannya menciptakan satu fokus pada konsep, keterampilan serta sikap. Penggabungan antara konsep pelajaran, keterampilan dan sikap yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya dipayungi dalam satu tema. Model ini berbeda dengan model sarang, dimana tema memayungi dua mata pelajaran, aspek konsep, keterampilan dan sikap menjadi kesatuan yang utuh. Sedangkan pada model sarang, sebuah tema hanya memayungi satu pelajaran saja. Contoh: Pada materi dengan tema pertumbuhan menggabungkan 3 mata pelajaran yaitu Biologi, Fisika dan Matematika.
 Keunggulan model ini antara lain adalah dalam hal mentransfer konsep secara lebih dalam, siswa menjadi lebih mudah melakukannya. Misalnya dengan alat bantu media film untuk menanamkan konsep dari dua mata pelajaran dalam waktu yang bersamaan. Kelemahan model ini antara lain adalah untuk menyusun rencana model pembelajaran ini diperlukan kerjasama guru dari mata pelajaran yang berbeda, sehingga perlu waktu ekstra untuk mendiskusikannya.

6.      The Webbed Model (Model Jaring Laba-laba)
Model Jaring laba-laba menggunakan pendekatan tematik. Model webbed menyajikan pendekatan tematik untuk mengintegrasikan mata pelajaran. Mata pelajaran menggunakan tema untuk menyelidiki kesesuaian konsep, topik, dan ide-ide. Karakteristik pendekatan tema ini untuk mengembangkan kurikulum dimulai dengan satu tema misalnya “transportasi”, “penyelidikan”, dan lain-lain. Contoh dari penggunaan pembelajaran model ini adalah: siswa dan guru menentukan tema misalnya air, maka guru-guru mata pelajaran dapat mengajarkan tema air itu ke dalam sub-sub tema misalnya siklus air, kincir angin, air waduk, air sungai, bisnis air dari PDAM yang tergabung dalam mata pelajaran Matematika, IPS, IPA, dan Bahasa.
Keunggulan model ini adalah mengembangkan motivasi siswa dalam belajar karena tema disesuaikan dengan minat siswa. Kelemahan model ini adalah banyak guru sulit memilih tema. Mereka cenderung menyediakan tema yang dangkal sehingga kurang bermanfaat bagi siswa, dan guru seringkali terfokus pada kegiatan sehingga materi atau konsep menjadi terabaikan.

7.      The Threaded Model (Model Bergalur)
Model Bergalur (Threaded) adalah model pembelajaran yang memfokuskan pada metakurikulum yang menggantikan atau yang berpotongan dengan inti materi subjek. Model ini dirancang diawal semester. Misalnya untuk melatih keterampilan berpikir (problem solving) dari beberapa mata pelajaran dicari materi yang merupakan bagian dari problem solving. Seperti komponen memprediksi, meramalkan kejadian yang sedang berlangsung, mengantisipasi sebuah bacaan, hipotesis laboratorium dan sebagainya. Keterampilan-keterampilan ini merupakan dasar yang saling berkaitan. Keterampilan yang digunakan dalam model ini disesuaikan pula dengan perkembangan usia siswa sehingga tidak tumpang tindih.
Contoh: disuatu mata pelajaran, membutuhkan pemecahan masalah dari mata pelajaran lainnya.
Keunggulan model ini antara lain : konsep berputar sekitar metakurikulum yang menekankan pada perilaku metakognitif. Model ini membuat siswa dapat belajar bagaimana seharusnya belajar di masa yang akan dating sesuai dengan laju perkembangan era globalisasi. Nilai lebih dari model ini adalah materi untuk tiap mata pelajaran tetap murni sehingga siswa yang mempunyai tingkat pemikiran superordinat memiliki kekuatan transfer pada keterampilan hidup.
Kelemahan model ini antara lain : Hubungan isi antar materi pelajaran tidak terlalu ditunjukkan sehingga secara eksplisit sehingga siswa kurang dapat memahami keterkaitan konten antara mata pelajaran satu dengan yang lainnya. Guru perlu memahami keterampilan dan strategi yang digunakan siswa agar dapat mengembangkan dirinya.

8.      The Integrated Model ( Model Integrasi)
Model Integrated adalah model pembelajaran yang menggunakan pendekatan antar bidang  studi. Model ini menggabungkan beberapa bidang studi dengan cara menetapkan prioritas kurikuler dan menemukan keterampilan, konsep, prinsip, dan  sikap saling tumpang tindih/overlapping di dalam beberapa bidang studi.
Keunggulan  model ini adalah siswa saling mengaitkan, saling menghubungkan diantara macam-macam bagian dari mata pelajaran. Keterpaduan secara sukses diimplementasikan, pendekatan belajar yang lingkungan belajar yang ideal untuk hari terpadu (integrated day) secara eksternal dan untuk keterpaduan belajar untuk fokus internal. Selain itu model ini juga mendorong motivasi murid. Kelemahan  model ini sulit dilaksanakan secara penuh, membutuhkan guru yang mempunyai keterampilan tinggi, kepercayaan diri dalam prioritas konsep, dan membutuhkan tim ahli pada bidangnya baik pada saat perencanaan dan pelaksanaannya. Model ini juga membutuhkan sumber belajar yang beraneka ragam.

9.      The Immersed Model (Model Terbenam)
Model Terbenam (Immersed) adalah model pembelajaran yang melibatkan beberapa mata pelajaran dalam satu proyek. Misalnya seorang mahasiswa yang memperdalam ilmu kedokteran maka selain Biologi, Kimia, Komputer, juga harus mempelajari Fisika dan setiap mata pelajaran tersebut ada kesatuannya. Model ini dapat pula diterapkan pada siswa SD, SMP, maupun SMU dalam bentuk proyek di akhir semester.
Keunggulan model ini adalah ; setiap siswa mempunyai ketertarikan mata pelajaran yang berbeda maka secara tidak langsung siswa yang lain akan belajar dari siswa lainnya. Mereka terpacu untuk dapat menghubungkan mata pelajaran yang satu dengan yang lainnya. Mata pelajaran menjadi lebih terfokus dan siswa akan selalu mencari tahu apa yang menjadi pertanyaan baginya, sehingga pengalamannya menjadi lebih luas.  Model ini menggambarkan seberapa jauh siswa dapat memecahkan masalah menurut pemahamannya dan melatih kreatifitas berfikir siswa secara bertahap dari jenjang SD hingga SMU. Bagi siswa SD model ini dapat dilaksanakan pada hari HUT RI. Misalnya merancang sebuah pesawat terbang yang seimbang lalu dipamerkan.
Kelemahan model ini antara lain : siswa yang tidak senang membaca akan mendapat kesulitan utnuk mengerjakan proyek ini, sehingga siswa menjadi kehilangan minat belajar. Guru perlu waktu untuk mengorganisir semua kegiatan proyek yang dilaksanakan oleh siswa yang tersususn secara baik dan terencana sebelumnya.

10.  The Networked Model (Model Jaringan)
Model Jaringan Kerja (Networking) adalah model pembelajaran berupa kerjasama antara siswa dengan seorang ahli dalam mencari data, keterangan, atau lainnya sehubungan dengan mata pelajaran yang disukainya atau yang diminatinya sehingga siswa secara tidak langsung mencari tahu dari berbagai sumber. Sumber dapat berupa buku bacaan, internet, saluran radio, TV, atau teman, kakak, orangtua atau guru yang dianggap ahli olehnya. Siswa memperluas wawasan belajarnya sendiri artinya siswa termotivasi belajar karena rasa ingin tahunya yang besar dalam dirinya.
Keunggulan  model ini adalah siswa memperluas wawasan pengetahuan pada satu atau dua mata pelajaran secara mendalam dan sempit sararannya. Hal ini umumnya muncul secara tidak sengaja selama proses pembelajaran di kelas sedang berlangsung. Kelemahan model ini adalah kemungkinan motivasi siswa akan berubah sehingga kedalaman materi pelajaran menjadi dangkal secara tidak sengaja karena mendapat hambatan dalam mencari sumber.



Gambar 1. 10 Tipe  Pembelajaran Integrated Approach

Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan terpadu ini diharapkan akan dapat memperbaiki kualitas pendidikan terutama pendidikan dasar, untuk mencegah gejala penjejalan kurikulum dalam proses pembelajaran di sekolah. Dampak negatif dari penjejalan kurikulum akan berakibat buruk terhadap perkembangan anak, hal tersebut terlihat dengan dituntutnya anak untuk mengerjakan berbagai tugas yang melebihi kapasitas dan kebutuhan mereka. Mereka kurang mendapat kesempatan untuk belajar dan membaca. Selain  itu mereka akan kehilangan pengalaman pembelajaran alamiah langsung serta pengalaman sensorik dari dunia mereka yang akan membentuk dasar kemampuan pembelajaran abstrak.


BAB III
PEMBAHASAN
3.1   Pengertian Integrated Approach
Istilah pembelajaran terpadu berasal dari ‘Integrated Teaching and Learning’ atau ‘Integrated Curriculum Approach’. John Dewey dalam bukunya Democracy and Education (1950: 89-90, dalam Dwi Siswoyo dkk, 2011), menyatakan bahwa pendidikan adalah rekonstruksi atau reorganisasi pengalaman yang menambah makna pengalaman, dan yang menambah kemampuan untuk mengarahkan pengalaman selanjutnya. John Dewey mengemukakan bahwa belajar tergantung pada pengalaman dan minat siswa sendiri dan topik dalam kurikulum seharusnya saling terintegrasi bukan terpisah atau tidak mempunyai kaitan satu sama lain. Sedangkan Jhon Dewey dalam Sriyati (2008), menyatakan bahwa integrated approach atau pembelajaran terpadu adalah pendekatan untuk mengembangkan kemampuan nalar dalam pembentukan pengetahuan berdasarkan interaksi dengan lingkungan dan pengalaman dalam  hidupnya. Teori John Dewey dapat diaplikasikan dalam pembelajaran siswa khususnya pada pembelajaran kognitif. Pembelajaran kognitif menekankan pada keaktifan siswa dalam berpikir untuk memecahkan masalah dengan cara merekonstruksi masalah dengan pengetahuan dan pengalaman yang telah didapat. Hal ini tentunya akan melatih siswa untuk berpikir secara rasional dalam memecahkan masalah. Proses pembelajaran kognitif harus dilakukan secara berkelanjutan agar ada perkembangan dalam kemampuan berpikir siswa.
Pembelajaran terpadu  merupakan model yang mencoba memadukan beberapa pokok bahasan (Beane, 1995). Pembelajaran terpadu juga membantu anak belajar menghubungkan apa yang telah dipelajarinya dengan yang baru mereka pelajari. Pandangan lainnya adalah pembelajaran terpadu merupakan pendekatan pembelajaran yang memperhatikan dan menyesuaikan dengan tingkat perkembangan peserta didik (Development Appropriate Practice). Pendekatan ini bermula dari teori pembelajaran yang menolak drill sebagai dasar pembentukan pengetahuan dan struktur keilmuan peserta didik. Pada hakikatnya, pembelajaran terpadu  merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang memungkinkan peserta didik baik secara individual maupun kelompok aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip secara holistik dan otentik (Depdikbud, 1996).

3.2  Ciri-Ciri Pembelajaran Terpadu
Beberapa ciri pembelajaran terpadu dalam Depdikbud (1996) , yaitu sebagai berikut:
1.      Holistik, suatu peristiwa yang menjadi pusat perhatian dalam pembelajaran terpadu dikaji dari beberapa bidang studi sekaligus untuk memahami suatu fenomena dari segala sisi.
  1. Bermakna, keterkaitan antara konsep-konsep lain akan menambah kebermaknaan konsep yang dipelajari dan diharapkan anak mampu menerapkan perolehan belajarnya untuk memecahkan masalah-masalah nyata di dalam kehidupannya.
  2. Aktif, pembelajaran terpadu dikembangkan melalui pendekatan diskoveri-inquiri. Peserta didik terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran yang secara tidak langsung dapat memotivasianak untuk belajar.
Sedangkan menurut Hilda Karli (2003: 53) dalam (http://www.slideshare.net/naninurnaeni/pembelajaran-terpadu-3534352), menyatakan bahwa ciri-ciri pembelajaran terpadu diantaranya:
1.         Berpusat pada anak (studend centered).
2.         Memberi pengalaman langsung pada anak.
3.         Pemisahan antara bidang studi tidak begitu jelas.
4.    Menyajikan konsep dari berbagai bidang studi dalam suatu proses pembelajaran.
5.    Bersifat luwes.
6.    Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan anak.
7.    Holistik, artinya suatu peristiwa yang menjadi pusat perhatian dalam pembelajaran terpadu di amati dan di kaji dari beberapa mata pelajaran sekaligus, tidak dari sudut pandang yang terkotak-kotak.
8. Bermakna, artinya pengkajian suatu penomena dari berbagai macam aspek memungkinkan terbentuknya semacam jalinan skemata yang dimiliki siswa.
9.    Otentik, artinya informasi dan pengetahuan yang diperoleh sipatnya menjadi otentik.
10.  Aktif, artinya siswa perlu terlibat langsung dalam proses pembelajaran mulai dari perencanaan, pelaksanaan hingga proses evaluasi.

3.3         Prinsip-Prinsip Pembelajaran Terpadu
 Prinsip-prinsip dalam pembelajaran terpadu meliputi :
  1. Prinsip penggalian tema antara lain :
a. Tema hendaknya tidak terlalu luas, namun dengan mudah dapat digunakan      memadukan banyak bidang studi.
b. Tema harus bermakna artinya bahwa tema yang dipilih untuk dikaji harus memberikan bekal bagi siswa untuk belajar selanjutnya.
c.  Tema harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan psikologis anak.
d. Tema yang dikembangkan harus mampu mewadahi sebagian besar minat anak.
e.  Tema yang dipilih hendaknya mempertimbangkan penstiwa-peristiwa otentik yang terjadi dalam rentang waktu belajar.
f. Tema yang dipilih hendaknya mempertimbangkan kurikulum yang berlaku, serta harapan dari masyarakat
g. Tema yang dipilih hendaknya juga mempertimbangkan ketersediaan sumber belajar.
  1. Prinsip pelaksanaan terpadu di antaranya :
a. Guru hendaknya jangan menjadi “single actor “ yang mendominasi pembicaraan dalam proses belajar mengajar.
b. Pemberian tanggung jawab individu dan kelompok harus jelas dalam setiap tugas  yang menuntut adanya kerjasarna kelompok.
c. Guru perlu akomodatif terhadap ide-ide yang terkadang sama sekali tidak terpikirkan dalam poses perencanaan.
  1. Prinsip evaluatif adalah :
a. Memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan evaluasi diri di samping bentuk evaluasi lainnya.
b. Guru perlu mengajak siswa untuk mengevaluasi perolehan belajar yang telah dicapai berdasarkan kriteria keberhasilan pencapaian tujuan yang telah disepakati dalam kontrak.
  1. Prinsip reaksi, dampak pengiring (nurturan efek) yang penting  bagi perilaku secara sadar belum tersentuh oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar. Karena itu, guru dituntut agar mampu merencanakan dan melaksanakan pembelajaran sehingga tercapai secara tuntas tujuan-tujuan pembelajaran. Guru harus bereaksi terhadap reaksi siswa dalam semua “event “ yang tidak diarahkan ke aspek yang sempit tetapi ke suatu kesatuan utuh dan bermakna.
3.4    Tujuan Pembelajaran Terpadu
Pembelajaran terpadu dikembangkan selain untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan, diharapkan siswa juga dapat:
1.      meningkatkan pemahaman konsep yang dipelajarinya secara lebih bermakna.
2.      mengembangkan keterampilan menemukan, mengolah dan memanfaatkan informasi.
3.      menumbuhkembangkan sikap positif, kebiasaan baik, dan nilai-nilai luhur yang diperlukan dalam kehidupan.
4.      menumbuhkembangkan keterampilan sosial seperti kerja sama, toleransi, komunikasi, serta menghargai pendapat orang lain.
5.       meningkatkan gairah dalam belajar (Rudi-unesa.blog.com/2011/01-filosofi-tujuan dan manfaat.html
Sedangkan menurut Puskur (2013), kegiatan  belajar dan  mengajar IPA Terpadu bertujuan untuk :
1.   Meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran
Dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang harus dicapai peserta didik masih dalam lingkup disiplin ilmu fisika, kimia, dan biologi. Banyak ahli yang menyatakan pembelajaran IPA  yang disajikan secara disiplin keilmuan dianggap terlalu dini bagi anak usia 7-14 tahun, karena anak pada usia ini masih dalam transisi dari tingkat berpikir operasional konkret ke berpikir abstrak. Lagi pula, anak melihat dunia sekitarnya masih secara holistik. Atas dasar itu, pembelajaran IPA  hendaknya disajikan dalam bentuk yang utuh dan tidak parsial. Di samping itu pembelajaran yang disajikan terpisah-pisah dalam fisika, biologi, kimia, dan bumi-alam semesta memungkinkan adanya tumpang tindih dan pengulangan, sehingga membutuhkan waktu dan energi yang lebih banyak, serta membosankan bagi peserta didik. Bila konsep yang tumpang tindih dan pengulangan dapat dipadukan, maka pembelajaran akan lebih efisien dan efektif. Keterpaduan mata pelajaran dapat mendorong guru untuk mengembangkan kreativitas tinggi karena adanya tuntutan untuk memahami keterkaitan antara satu materi dengan materi yang lain. Guru dituntut memiliki kecermatan, kemampuan analitik, dan kemampuan kategorik agar dapat memahami keterkaitan atau kesamaan materi maupun metodologi.

2.   Meningkatkan  minat dan motivasi
Pembelajaran terpadu memberikan peluang bagi guru untuk mengembangkan situasi pembelajaan yang utuh, menyeluruh, dinamis, dan bermakna sesuai dengan harapan dan kemampuan guru, serta kebutuhan dan kesiapan peserta didik. Dalam hal ini, pembelajaran terpadu memberikan peluang bagi pengembangan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan tema yang disampaikan. Pembelajaran IPA Terpadu dapat mempermudah dan memotivasi peserta didik untuk mengenal, menerima, menyerap, dan memahami keterkaitan atau hubungan antara konsep pengetahuan dan nilai atau tindakan yang termuat dalam tema tersebut.  Dengan model pembelajaran yang terpadu dan sesuai dengan kehidupan sehari-hari, peserta didik digiring untuk berpikir luas dan mendalam untuk menangkap dan memahami hubungan konseptual yang disajikan guru. Selanjutnya peserta didik akan terbiasa berpikir terarah, teratur, utuh, menyeluruh, sistemik, dan analitik. Peserta didik akan lebih termotivasi dalam belajar bila mereka merasa bahwa pembelajaran itu bermakna baginya, dan bila mereka berhasil menerapkan apa yang telah dipelajarinya.

3.   Mencapai beberapa kompetensi dasar sekaligus
Model pembelajaran IPA  terpadu dapat menghemat waktu, tenaga, dan sarana, serta biaya karena pembelajaran beberapa kompetensi dasar dapat diajarkan sekaligus. Di samping itu, pembelajaran terpadu juga menyederhanakan langkah-langkah pembelajaran. Hal ini terjadi karena adanya proses pemaduan dan penyatuan sejumlah standar kompetensi, kompetensi dasar, dan langkah pembelajaran yang dipandang memiliki kesamaan atau keterkaitan.

3.5   Langkah-langkah Penerapan Pembelajaran Terpadu
      Langkah-langkah untuk mempersiapkan model pembelajaran terpadu  menurut Puskur Balitbangdepdiknas dalam http://rudy-unesa.blogspot.com/2011/01/perencanan-pembelajaran-terpadu.html adalah :
Langkah 1:
Menetapkan bidang kajian yang akan dipadukan. Pada saat menetapkan beberapa bidang kajian yang akan dipadukan sebaiknya sudah disertai dengan alasan atau rasional yang berkaitan dengan pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar oleh peserta didik dan kebermaknaan belajar.
Langkah 2:
Mempelajari standar kompetensi dan kompetensi dasar dari bidang kajian yang akan dipadukan dan melakukan pemetaan pada semua Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar bidang kajian per kelas yang dapat dipadukan. Kegiatan pemetaan ini dilakukan untuk memperoleh gambaran secara menyeluruh dan utuh. Beberapa ketentuan dalam pemetaan Kompetensi Dasar dalam pengembangan model pembelajaran terpadu adalah sebagai berikut.:
1.    Mengidentifikasikan beberapa Kompetensi Dasar dalam berbagai Standar Kompetensi   yang memiliki potensi untuk dipadukan.
2.    Beberapa Kompetensi Dasar yang tidak berpotensi dipadukan, jangan dipaksakan untuk dipadukan dalam pembelajaran. Kompetensi Dasar yang tidak diintegrasikan dibelajarkan/disajikan secara tersendiri.
3.    Kompetensi Dasar dipetakan tidak harus berasal dari semua Standar Kompetensi yang ada pada mata pelajaran pada kelas yang sama, melainkan memungkinkan hanya dua atau tiga Kompetensi Dasar saja.
4.    Kompetensi Dasar yang sudah dipetakan dalam satu topik/tema masih bisa dipetakan dengan topik/tema lainnya.
Langkah 3:
Setelah pemetaan Kompetensi Dasar selesai, langkah selanjutnya dilakukan penentuan tema pemersatu antar-Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Tema  yang dipilih harus relevan dengan Kompetensi Dasar yang telah dipetakan dan dapat dirumuskan dengan melihat isu-isu yang terkini, misalnya penyakit demam berdarah, HIV/AIDS, dan lainnya, kemudian baru dilihat koneksitasnya dengan kompetensi dasar dari berbagai bidang  kajian. Dengan demikian, dalam satu mata pelajaran pada satu tingkatan kelas terdapat beberapa topik yang akan dibahas. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penentuan topik/tema pada pembelajaran terpadu antara lain meliputi hal-hal berikut.
1.        Tema, dalam pembelajaran terpadu, merupakan perekat antar-Kompetensi Dasar yang terdapat dalam bidang kajian.
2.        Tema yang ditentukan selain relevan dengan Kompetensi-kompetensi Dasar yang terdapat dalam satu tingkatan kelas, juga sebaiknya relevan dengan pengalaman pribadi peserta didik, dalam arti sesuai dengan keadaan lingkungan setempat.
3.        Dalam menentukan topik, isu sentral yang sedang berkembang saat ini, dapat menjadi prioritas yang dipilih dengan tidak mengabaikan keterkaitan antar-Kompetensi Dasar pada bidang kajian yang telah dipetakan.
 Langkah 4:
Membuat  matriks keterhubungan kompetensi dasar dan tema/topik pemersatu. Tujuannya adalah untuk menunjukkan kaitan antara  tema/topik dengan kompetensi dasar yang dapat dipadukan.
Langkah 5:
Setelah membuat matriks keterhubungan kompetensi dasar dan tema pemersatu, maka Kompetensi-kompetensi Dasar tersebut dijabarkan ke dalam indikator pencapaian hasil belajar yang nantinya digunakan untuk penyusunan silabus.
Langkah 6:
Menyusun silabus pembelajaran terpadu,  dikembangkan dari berbagai indikator bidang kajian menjadi beberapa kegiatan pembelajaran yang konsep keterpaduan atau keterkaitan  menyatu  antara beberapa bidang kajian. Komponen penyusunan silabus terdiri dari Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, Indikator, Kegiatan Pembelajaran, Alokasi Waktu, Penilaian, dan Sumber Belajar.


Langkah 7:
Setelah teridentifikasi peta Kompetensi Dasar dan tema yang terpadu,  selanjutnya adalah menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran. Pada pembelajaran terpadu, sesuai dengan Standar Isi, keterpaduan terletak pada strategi pembelajaran. Hal ini disebabkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar telah ditentukan dalam Standar Isi Rencana pelaksanaan pembelajaran tersebut merupakan realisasi dari pengalaman belajar peserta didik yang telah ditentukan pada silabus pembelajaran terpadu.Komponennya terdiri atas: identitas mata pelajaran, Kompetensi Dasar yang hendak dicapai, materi pokok beserta uraiannya, langkah pembelajaran, alat media yang digunakan, penilaian dan tindak lanjut, serta sumber bahan yang digunakan.


Skema Langkah-langkah Perencanaan pembelajaran Terpadu

3.6    Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Terpadu
Pembelajaran terpadu memiliki kelebihan dan kekurangan dibandingkan dengan pendekatan konvensional. Menurut Saud dkk. (2006), Kelebihan pembelajaran terpadu adalah sebagai berikut :
  1. Pengalaman dan kegiatan belajar peserta didik akan selalu relevan dengan tingkat perkembangan anak.
  2. Kegiatan yang dipilih dapat disesuaikan dengan minat dan kebutuhan peserta didik.
  3. Seluruh kegiatan belajar lebih bermakna bagi peserta didik sehingga hasil belajar akan dapat bertahan lebih lama.
  4. Pembelajaran terpadu menumbuhkembangkan keterampilan berpikir dan sosial peserta didik.
  5. Pembelajaran terpadu menyajikan kegiatan yang bersifat pragmatis dengan permasalahan yang sering ditemui dalam kehidupan/lingkungan riil peserta didik.
  6. Jika pembelajaran terpadu dirancang bersama, dapat meningkatkan kerja sama antar guru bidang kajian terkait, guru dengan peserta didik, peserta didik dengan peserta didik, peserta didik/guru dengan nara sumber; sehingga belajar lebih menyenangkan, belajar dalam situasi nyata, dan dalam konteks yang lebih bermakna.
Di samping kelebihan-kelebihan di atas, Saud dkk. (2006) juga menyatakan kelemahan pembelajaran terpadu, terutama dalam pelaksanaannya, yaitu pada perancangan dan pelaksanaan evaluasi yang lebih banyak menuntut guru untuk melakukan evaluasi proses, dan tidak hanya evaluasi dampak pembelajaran langsung saja.
1.      Aspek Guru
Guru harus berwawasan luas, memiliki kreativitas tinggi, keterampilan metodologis yang handal, rasa percaya diri yang tinggi dan berani mengemas dan mengembangkan materi. Secara akademik, guru dituntut untuk terus menggali informasi ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan materi yang akan diajarkan dan banyak membaca buku agar penguasaan bahan ajar tidak terfokus pada bidang kajian tertentu saja.



2. Aspek Peserta Didik
Pembelajaran terpadu memerlukan bahan bacaan atau sumber informasi yang cukup banyak dan bervariasi, mungkin juga fasilitas internet. Semua ini akan menunjang, memperkaya, dan mempermudah pengembangan wawasan. Bila sarana ini tidak dipenuhi, maka penerapan pembelajaran terpadu juga akan terlambat.

3. Aspek Kurikulum
Kurikulum harus luwes, berorientasi pada pencapaian ketuntasan pemahaman peserta didik (bukan pada pencapaian target penyampaian materi). Guru perlu diberi kewenangan dalam mengembangkan materi, metode, penilaian keberhasilan pembelajaran peserta didik.

4. Aspek Penilaian
Pembelajaran terpadu memerlukan cara penilaian yang menyeluruh (komprehensif), yaitu menetapkan keberhasilan belajar peserta didik dari beberapa bidang kajian terkait yang dipadukan.

5. Aspek Suasana Pembelajaran
Pembelajaran terpadu berkecenderungan mengutamakan salah satu bidang kajian dan ‘tenggelam’nya bidang kajian lain. Dengan kata lain, pada saat mengerjakan sebuah tema, maka guru berkecenderungan menekankan atau mengutamakan substansi gabungan tersebut sesuai dengan pemahaman, selera, dan latar belakang pendidikan guru itu sendiri.

3.7   Manfaat Penerapan Pembelajaran Terpadu di Kelas
Merujuk pada teori-teori belajar, di antaranya teori Piaget, maka dalam pembelajaran di jenjang SD dan SMP hendaknya kita menggunakan pendekatan yang berorientasi pada kebutuhan perkembangan anak (DAP atau Developmentally Appropiate Practice). Hal ini dikarenakan peserta didik pada kisaran usia SD dan SMP masih berada pada tahapan pra operasional dan operasional konkrit. Secara khusus pula para ahli psikologi pendidikan anak mengemukakan bahwa perkembangan anak usia dini bersifat holistik; perkembangan anak bersifat terpadu, di mana aspek perkembangan yang satu terkait erat dan mempengaruhi aspek perkembangan lainnya. Perkembangan fisik tidak bisa dipisahkan dari perkembangan mental, sosial, dan emosional ataupun sebaliknya, dan perkembangan itu akan terpadu dengan pengalaman, kehidupan, dan lingkungannya.
Penggunaan pendekatan DAP ini mengacu pada beberapa asas yang harus diperhatikan oleh guru, yaitu:
  1. Asas kedekatan, pembelajaran dimulai dari yang dekat dan dapat dijangkau oleh anak,
  2. Asas faktual, pembelajaran hendaknya menapak pada hal-hal yang faktual (konkrit) mengarah pada konseptual (abstrak)
  3. Asas holistik dan integratif, pembelajaran hendaknya tidak memilah-milah topik pelajaran, guru harus memikirkan segala sesuatu yang akan dipelajari anak sebagai suatu kesatuan yang utuh dan terpadu
  4. Asas kebermaknaan, pembelajaran hendaknya penuh makna dengan menciptakan banyak proses manipulatif sambil bermain.
Model pembelajaran terpadu tidak hanya cocok untuk peserta didik usia dini, namun bisa juga digunakan untuk peserta didik tingkat SMA/MA, karena pada hakikatnya model pembelajaran ini merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang memungkinkan peserta didik baik secara individual maupun kelompok aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip secara holistik dan otentik ( Depdikbud : 1996).
Beberapa manfaat yang dapat diperoleh ketika menggunakan pembelajaran terpadu dikelas dalam Rudi-unesa.blog.com/2011/01-filosofi-tujuan dan manfaat.html, yaitu :
1.    Banyak topik-topik yang tertuang disetiap mata pelajaran mempunyai keterkaitan konsep dengan yang dipelajari siswa.
2.    Pada pembelajaran terpadu memungkinkan siswa memanfaatkan keterampilannya yang dikembangkan dari mempelajari keterkaitan antar mata pelajaran.
3.    Pembelajaran terpadu melatih siswa untuk semakin banyak membuat hubungan inter dan antar mata pelajaran, sehingga siswa mampu memproses informasi dengan cara yang sesuai daya pikirnya dan memungkinkan berkembangnya jaringan konsep-konsep.
4.    Pembelajaran terpadu membantu siswa dapat memecahkan masalah dan berpikir kritis untuk dapat dikembangkan melalui keterampilan dalam situasi nyata.
5.    Daya ingat (retensi) terhadap materi yang dipelajari siswa dapat ditingkatkan dengan jalan memberikan topik-topik dalam berbagai ragam situasi dan berbagai ragam kondisi.
6.    Dalam pembelajaran terpadu transfer pembelajaran dapat mudah terjadi bila situasi pembelajaran dekat dengan situasi kehidupan nyata.














BAB IV
PENUTUP
4.1     Kesimpulan
1.    Pembelajaran terpadu sebagai salah satu model pembelajaran mempunyai beberapa ciri yaitu : berpusat pada anak (student centered), proses pembelajaran mengutamakan pemberian pengalaman langsung, serta pemisahan antar bidang studi tidak terlihat jelas. Disamping itu pembelajaran terpadu menyajikan konsep dari berbagai bidang studi dalam satu proses pembelajaran. Selain mempunyai sifat luwes, pembelajaran terpadu juga memberikan hasil yang dapat disesuaikan dengan minat dan kebutuhan anak.
2.     Sebagai salah satu model pembelajaran, pembelajaran terpadu mempunyai kelebihan dan kelemahan yang dapat menjadi pertimbangan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas. Dengan mempertimbangkan manfaatnya, pembelajaran terpadu sangat dianjurkan untuk diterapkan di kelas.


4.2         Saran
Masalah pembelajaran yang dihadapi para pendidik saat ini semakin kompleks. Untuk itu para pendidik khususnya para guru dari berbagai jenjang pendidikan  diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya dalam menciptakan dan mengembangkan model-model pembelajaran, agar dapat menunjang terciptanya proses belajar mengajar di kelas yang lebih bermakna dan menyenangkan bagi peserta didik.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar